Jakarta, 28/5 (ANTARA) - Sebanyak tujuh produsen minyak sawit mentah (CPO) belum memasok komoditas tersebut untuk Program Stabilisasi Harga (PSH) minyak goreng sehingga program tersebut gagal mencapai harga minyak goreng sebesar Rp6.500-Rp6.800 per kilogram pada akhir bulan ini. Tujuh perusahaan tersebut adalah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, IV, XIII, PT Perkebunan London Sumatra Plantation Tbk (Lonsum), PT Tolan Tiga, PT Rea Kaltim, dan PT Tasik Raja, dengan total pasokan mencapai sebesar 27.100 ton. "Sisa CPO yang belum disalurkan tersebut akan direalisasikan pada Juni (2007) mendatang," kata Dirjen Industri Agro dan Kimia (IAK) Departemen Perindustrian, Benny Wahyudi, usai rapat evaluasi PSH minyak goreng di Jakarta, Senin. PSH minyak goreng membutuhkan pasokan sekitar 100 ribu CPO, namun jumlah produsen yang menyatakan komitmennya baru mencapai 97.525 ton. Dari komitmen pasokan CPO sebesar 97.525 ton tersebut, baru 45.078 ton yang teralisasi dalam bentuk minyak goreng kepada konsumen. Oleh karena itu, Benny mengakui PSH minyak goreng yang dilakukan pemerintah bersama pengusaha belum mampu menurunkan harga minyak goreng ke tingkat yang ditetapkan sebesar Rp6.500 sampai Rp6.800 per kg, meskipun harganya sudah turun ke tingkat Rp7.000-an per kg dari sebelumnya sekitar Rp9.000 per kg. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Departemen Perdagangan, Ardiansyah Parman yang juga hadir pada rapat tersebut, menambahkan, pemerintah akan melanjutkan PSH karena dinilai waktu satu bulan tidak cukup menurunkan harga ke tingkat yang ditargetkan. "PSH akan terus kita laksanaka sampai harga kembali stabil," ujarnya. Ia mengatakan pada Juni 2007 PSH akan dilakukan dengan memasok sekitar 100-150 ribu ton. Bahkan kata dia pemerintah akan mengalokasikan 20 persen dari total kebutuhan CPO di dalam negeri untuk PSH. "Dari 20 persen itu, sekitar lima persen akan kita distribusikan untuk OP (operasi pasar) langsung dan 15 persen untuk sentra industri kecil," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007