Brussel (ANTARA News) - Uni Eropa menyatakan prihatin dengan nasib demokrasi di Venezuela, menambahkan bahwa ada "keraguan besar" organisasi itu untuk mengakui pemungutan suara yang sarat kontroversial.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengklaim kemenangan dalam pemilihan umum pada Minggu, dan meminta sebuah majelis menulis ulang konstitusi di tengah unjuk rasa besar yang menyebabkan lebih dari 120 orang tewas dalam empat bulan.
"Peristiwa 24 jam terakhir memperkuat keprihatinan Uni Eropa atas nasib demokrasi di Venezuela," kata juru bicara Komisi Eropa Mina Andreeva.
"Komisi memang memiliki keraguan besar tentang hasil pemilihan itu dapat diakui," kata juru bicara eksekutif organisasi itu.
"Majelis Konstitusi, yang dipilih dalam keadaan ragu-ragu dan sarat kekerasan tidak dapat menjadi bagian dari solusi," imbuh Andreeva.
UE juga "mengecam penggunaan kekuatan yang berlebihan dan tidak proporsional oleh aparat keamanan," sambil mendesak semua pihak untuk "tidak melakukan kekerasan," katanya.
Para pengunjuk rasa menyerang tempat pemungutan suara dan memblokir jalanan di negara tersebut pada Minggu, memicu respons keras dari pasukan keamanan, yang melepaskan tembakan dengan peluru dalam beberapa kasus.
Maduro mendorong Majelis Konstitusi yang baru untuk menggunakan kekuatannya guna mencabut kekebalan hukum para anggota oposisi dari penuntutan sebagai salah satu tindakan pertamanya.
Pengunjuk rasa khawatir mejelis baru itu dirancang agar Maduro tetap berkuasa, demikian AFP.
Penerjemah: Try Reza Essra
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017