"Masa depan ketersediaan lapangan kerja berkurang karena digantikan oleh teknologi, sehingga generasi muda harus bersiap," kata Zulkifli di Jakarta, Senin.
Harapan tersebut, ujar dia, agar rakyat Indonesia juga dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan bukannya menjadi kuli yang bekerja di luar negeri.
Zulkifli Hasan mengingatkan kemenangan untuk masa depan bisa diperoleh melalui wirausaha yang berujung pada kemandirian ekonomi.
Ia juga menginginkan berbagai pihak dapat menghentikan silang sengketa karena semua pihak harus bersinergi memajukan bangsa.
Sebelumnya, Indeks Evolusi Digital 2017 yang merupakan hasil kerja sama perusahaan finansial Mastercard dan Fletcher School Universitas Tufts menyatakan Indonesia termasuk dalam kelompok negara yang menarik bagi investor.
Siaran pers Mastercard yang diterima, Kamis (27/7), menyatakan, ada sejumlah negara yang menunjukkan momentum kesiapan tercepat untuk tumbuh serta menarik bagi investor.
Selain Indonesia, beberapa negara yang menunjukkan adanya potensi tersebut antara lain adalah China, Kenya, Rusia, India, Malaysia, Filipina, Brasil, Kolombia, Chile dan Meksiko.
Dengan hampir setengah dari populasi dunia yang telah dapat menggunakan layanan secara daring atau online, penelitian tersebut memetakan perkembangan 60 negara, menunjukkan daya saing serta potensi pasar mereka terhadap pertumbuhan ekonomi digital lebih lanjut.
Indeks ini mengukur empat penggerak utama dan 170 indikator unik guna memetakan kondisi masing-masing negara, seperti berdasarkan akses internet dan infrastuktur, permintaan konsumen, kebijakan/regulasi pemerintah, dan inovasi.
Kajian itu juga menunjukkan bahwa Singapura, Inggris, Selandia Baru, Uni Emirat Arab, Estonia, Hong Kong, Jepang, dan Israel sebagai negara-negara paling maju dalam hal digital yang ditandai dengan tingginya tingkat perkembangan digital.
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017