Surabaya (ANTARA News) - Meskipun secara resmi Festival Seni Surabaya (FSS) 2007 baru dilaksanakan 1 hingga 15 Juni 2007, namun panitia sudah memulai kegiatannya (prafestival) pada 29 Mei 2007 untuk memperingati satu tahun semburan lumpur panas dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. di Sidoarjo, Jawa Timur. "Prafestival akan dimeriahkan dengan kegiatan `happening art`, `performance art` dan aksi teatrikal untuk memaknai peringatan satu tahun bencana luapan lumpur Lapindo," ucap Koordinator Program FSS 2007, Riadi Ngasiran di Surabaya, Senin. Saat didampingi Sekretaris FSS, Ahmad Fauzi, ia menjelaskan, tema dalam "performance art" itu adalah, "Menjaga Nilai Kemanusian, Alam dan Lingkungan. "Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian sekaligus bentuk gugahan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk segera menuntaskan kasus lumpur ini," tegasnya. Setelah "performance art", acara di Balai Pemuda Surabaya itu dilanjutkan dengan panggung hiburan dan aneka permainan dunia anak, sekaligus pemberian hadiah dan bingkisan pada peserta berbagai lomba yang diadakan FSS. Selain itu, prafestival juga akan dimeriahkan dengan pameran 100 lampion khas Surabaya atau yang dikenal dengan lampu "tentengan Ci Luk Ba" karya 100 anak Surabaya. Ke-100 lampion dengan bahan tanah liat khusus dari Bojonegoro itu, merupakan hasil dari lomba hias yang dilaksanakan, Minggu (27/5) sebagai langkah pra-festival. "Kegiatan ini ibaratnya inventaris bagi generasi muda yang nanti akan menggantikan seniman yang mulai uzur. Kami ingin membina bakat seni anak-anak sejak dini," paparnya. Menurut dia, lampion-lampion itu akan digantung dan ditempelkan di komplek Balai Pemuda Surabaya untuk menemani acara berbagai kegiatan di FSS nanti. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007