Jakarta (ANTARA News) - Arianto Sangadji dan Pdt. Jacklevyn Frits meraih Maarif Award terkait dengan jasanya di bidang kemanusiaan, dalam acara pengumuman penghargaan yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Senin. Dewan juri dari penghargaan tersebut terdiri dari Prof Dr A Malik Fadjar (Wakil Ketua PP Muhammadiyah), Clara Juwono (CSIS), Syamsu Rizal Panggabean (pakar studi perdamaian yang juga dosen UGM), Prof Dr Suyanto (Dirjen Dikdasmen Depdiknas), Romo Ismartono (KWI) dan Maria Hartiningsih (aktivis perempuan). Para juri menilai, Arianto Sangadji berhak memperoleh penghargaan itu karena jasanya dalam proses rekonsisliasi konflik Suku, Agama, Ras, Antar-Golongan (SARA) yang melanda Poso. Dengan keberanian, ketekunan, dan kesabaran, ia memobilisasi kalangan muda yang saling berkonflik. Selain itu, Arianto Sangadji juga terlibat dalam pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang bertujuan untuk menggali kebenaran sejarah dalam konflik Poso. Sedangkan penghargaan yang diterima Jackelvyn Frits karena keaktifannya dalam upaya rekonsiliasi konflik komunal di Maluku. Sejak konflik meletus di kawasan itu, ia mengabdikan hidupnya secara total untuk membantu korban dan pengungsi konflik dengan berpijak kepada kesadaran dan kearifan budaya lokal (pela dan gandong). Sementara itu, Direktur Eksekutif Maarif Institute, Raja Juli Antoni, menuturkan bahwa proses seleksi nama tokoh yang akan dianugerahkan Maarif Award berlangsung selama kurang lebih tujuh bulan, tepatnya sejak bulan November 2006. Ia juga mengungkapkan, tidak kurang dari 40 nama dari beragam wilayah di tanah air yang masuk dalam proses penjaringan penghargaan ini. "Akhirnya terpilih enam nominator. Kemudian, Tim Kerja Maarif Award melakukan validasi lapangan untuk memilih dua orang penerima `award`," kata Raja. Ia memaparkan, Maarif Award diberikan kepada para tokoh yang terbukti memiliki kontribusi ketokohan dalam komunitasnya, yaitu menjadi pelopor gerakan masyarakat pada level akar rumput dan memiliki komitmen dalam memperjuangkan nilai-nilai pluralisme. Selain itu, lanjut Raja, tokoh tersebut juga harus memiliki kemampuan menjembatani perbedaan serta keragaman agama, etnis, dan budaya yang ada di masyarakat. Terakhir, kiprahnya bisa menjadi inspirasi, motivasi, dan teladan bagi komunitas dan masyarakat di lingkungannya. "Maarif Award terinspirasi oleh dedikasi Prof Dr Ahmad Syafi`i Maarif dalam menyuarakan moralitas publik, keadaban sosial, modernisasi Islam dan keadilan, demokrasi dan pluralisme," demikian Raja. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007