Salah seorang pedagang, Ny Kusmi di Bengkulu, Senin, menyebutkan, biasanya harga garam konsumsi untuk kemasan 500 gram dijual Rp2.000, dan sekarang dia terpaksa menjual Rp7.000--8.000.
"Harganya naik karena kondisi pasokan yang tidak ada lagi, mau tidak mau jual seperti itu," kata dia.
Akibat keterbatasan stok, Ny Kusmi pun juga tidak bisa menyediakn permintaan dalam jumlah besar, seperti permintaan penggiat kuliner dan reatoran.
"Mereka pesan biasanya 20--30 kilogram, kami tidak punya lagi stok, kami utamakan permintaan rumah tangga," kata dia lagi.
Para pedagang pun, lanjut dia juga khawatir garam induatri dikemas menjadi garam konsumsi dan beredar di pasaran. Hal itu mengingat sejumlah informasi dan pemberitaan menyebutkan bahan baku garam konsumsi kehabisan pasokan bahkan sejak dua bulan lalu.
"Kami sebagai pedagang tentu khawatir karena jika konsumen kenapa-kenapa komplain ke kami, bukan ke perusahaan, kami pasti kedepannya kehilangan pelanggan akibat itu," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Gudang Perusahaan pengolahan garam di Bengkulu CV Abadi, Indra menyebutkan pihaknya memastikan garam industri tidak akan beredar menjadi garam konsumsi.
"Kami sebenarnya juga mengkhawatirkan hal yang sama. Kalau ada oknum yang mengedarkan garam industri, kami tentu juga takut orang berpikir itu hasil pengolahan kami karena cuma ada dua perusahaan pengolah garam di Bengkulu, dan satunya lagi milik pemerintah," kata Indra.
CV Abadi katanya memastikan garam industri tidak akan beredar dipasaran, pihaknya sudah bekerjasama dengan pihak terkait lainnya seperti dinas perindustrian dan perdagangan setempat untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Pewarta: Boyke LW
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017