Penggagas Jazz Traffic Festival (JTV) Errol Jonathans di Surabaya, Minggu, mengatakan bahwa tema tersebut dicuplik dari "Jazz Stands for Freedom", yang merupakan opini dari pianis dan komposer musik jaz Dave Brubeck.
"Kami ingin menarik benang merah tapak sejarah seperti opini 'Jazz Stands for Freedom' oleh pianis dan komposer jaz Dave Brubeck," katanya.
Menurut dia sejatinya musik jaz adalah ekspresi tentang kebebasan atau kemerdekaan jiwa. JTF pertama kali digelar tahun 2011. Sejak itu menjadi agenda musik jaz rutin tahunan di Surabaya.
Erol mengatakan penyelenggaraan JTF tahun ini akan memperjelas orientasinya sebagai festival yang memuliakan semua jenis musik.
Meski mengusung label jazz, dia mengatakan, JTF 2017 tetap konsisten memerdekakan dirinya dengan menyediakan panggung bagi genre musik pop, rock, etnik, hingga musik yang sekadar beraroma jaz dan ekstrak jaz murni.
"Tentu saja porsi musik jaz tetap lebih kental di JTF 2017. Inilah keistimewaan JTF yang memerdekakan selera khalayak yang leluasa memilih artis favoritnya," ucapnya.
Dia menambahkan, JTF 2017 yang digelar selama dua hari pasca peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia juga menjadi spirit tersendiri dalam kemerdekaan hidup.
"Spirit kemerdekaan inilah yang akan ditangkap dalam penyelenggaraan dua hari JTF 2017 bersama lebih dari dari 200 musisi," katanya.
Dia merinci sejumlah musisi telah diundang dalam JTF 2017. Di antaranya adalah Indra Lesmana Keytar Trio yang akan mewakili genre "jazz mainstream". Selain itu Yura Yunita akan tampil mewakili genre fusion jazz, serta Virgoun dan Sheila on 7 mewakili genre nonjaz.
Genre music jaz yang lebih futuristik, lanjut Errol, juga akan ditampilkan di JTF 2017, dengan menampilklan Budjana Zentuary.
"Juga banyak penampilan generasi baru dalam dunia music jaz yang pendekatannya tidak lagi semata-mata mengandalkan jazz mainstream' tapi juga kreasi mereka yang disesuaikan dengan generasi kekinian," ujarnya.
Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo/ Hanif Nashrullah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017