Nairobi (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri Ethiopia pada Jumat (28/7) menyatakan akan mengeluarkan kartu identitas untuk komunitas Rastafari, memberikan hak kepada komunitas yang sudah lama mengeluh hidup dalam ketidakjelasan di "tanah yang dijanjikan."
Komunitas Rastafari mulai bermigrasi ke Ethiopia tahun 1950-an, setelah Kaisar Haile Selassie, yang mereka anggap sebagai mesias, menyediakan area 1.200 hektare di kota Shashamane untuk keturunan budak Afrika yang ingin "pulang".
Namun komunitas itu menyusut setelah penggulingan dan kemudian pembunuhan Haile Selassie tahun 1970-an.
Sekarang ini komunitas Rastafari di Shashamane anggotanya ratusan, namun pengikut agamanya mengeluh mereka tidak bisa memiliki properti, menyekolahkan anak mereka sampai ke universitas atau bekerja karena mereka bukan warga Ethiopia.
Banyak di antaranya juga yang berpaling dari negara asal mereka dengan tidak memperbarui paspor, membuat mereka tidak memiliki kewarganegaraan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Meles Alem mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Rastafari sekarang layak menerima kartu identitas yang akan mengizinkan mereka tinggal dan memiliki sebagian besar hak hukum di negara tersebut.
Meski kartu itu memberikan status kependudukan, mereka tetap tidak dianggap sebagai warga negara.
"Ada pertanyaan-pertanyaan bagi mereka mengenai pengakuan keberadaan mereka di negara ini, jadi ini yang dilakukan pemerintah," kata Meles.
Di bawah panduan yang sudah direvisi, kartu itu juga akan diberikan kepada warga asing yang berkontribusi pada pembangunan negawa dan orang-orang Israel keturunan Ethiopia menurut Meles.(mu)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017