Tenggarong (ANTARA News) - Masyarakat Tenggarong memadati Museum Mulawarman, Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, untuk menyaksikan prosesi Beluluh yang dimulai pada pukul 16.00 WIB.
"Beluluh artinya luntur, artinya melunturkan pengaruh jahat di diri sultan," ujar Koordinator Beluluh, Sarti, di Tenggarong, Jumat.
Prosesi tersebut dilangsungkan setiap hari selama pelaksanaan Festival Erau. Pada prosesi Beluluh, Sultan Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martadipura, Haji Aji Muhammad Salehuddin II, didudukkan di atas balai bambu yang dilapisi kain berwarna kuning. Upacara Ritual Beluluh sendiri terdiri dari Beluluh Sultan, Beluluh Aji Begorok, dan Beluluh Aji Rangga Titi.
Sarti menjelaskan ritual itu bertujuan untuk mensucikan sultan atau pemimpin dari pengaruh jahat, baik yang terlihat atau tidak terlihat.
"Seorang sultan atau pemimpin harus suci dari pengaruh jahat, untuk menghindari berbagai kesalahan selama pelaksanaan Erau ini."
Prosesi itu dilaksanakan pada permulaan sebelum Erau Adat Kutai yang dilakukan setiap sore hari selama Erau berlangsung.
Usai ritual berlangsung, para pengunjung langsung berebut beras warna-warni yang ada di bawah balai bambu. Beras tersebut, dipercaya dapat membawa berkah dan terhindar dari berbagai penyakit.
Seorang pengunjung dari Loa Janan, Nupiar, mengatakan ia sengaja datang ke Tenggarong untuk menyaksikan ritual tersebut. Nupiar mengaku takjub dengan ritual tersebut.
Festival Erau yang merupakan pesta rakyat Kutai Kartanegara diselenggarakan pada 22 hingga 30 Juli. Beragam hiburan ditampilkan seperti kesenian rakyat, kesenian dari mancanegara, lomba tradisional, ritual adat, dan lainnya.
Pewarta: Indriani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017