Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, bergerak menguat menjadi Rp13.290 dibandingkan sebelumnya Rp13.318 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, mengatakan bahwa dolar AS melemah menyusul The Fed yang terlihat pesimistis dengan menahan suku bunga acuannya.
"Pesimistis tercermin dari hasil Komite Pasar Terbuka the Fed (FOMC) yang menahan suku bunga acuannya di kisaran 1-1,25 persen," katanya.
Ia menambahkan bahwa inflasi di dalam negeri periode Juli 2017 yang diperkirakan di bawah 4 persen secara tahunan, serta meredanya efek permintaan tinggi di sepanjang bulan sebelumnya, turut mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS.
"Ruang penguatan rupiah terhadap dolar AS masih tersedia," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang cenderung bergerak naik turut menjaga mata uang berbasis komoditas seperti rupiah.
Harga minyak jenis WTI Crude terpantau berada di level 49,00 dolar AS per barel, dan Brent Crude di posisi 51,43 dolar AS per barel.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menuurkan, fokus utama investor selanjutnya akan tertuju pada data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat yang sedianya akan dirilis pada akhir pekan ini.
"Data PDB Amerika Serikat yang meningkat dapat membuka peluang rebound pada nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017