"Saya sudah menghubungi distributor. Mereka mengatakan sudah memasok garam dan diperkirakan sudah tiba dalam beberapa hari mendatang," kata Kepala Dinas Koperasi, Perdagangan, UKM dan ESDM Karimun Muhammad Yosli yang dihubungi dari Tanjung Balai Karimun, Kamis.
Muhammad Yosli mengatakan, kebutuhan garam di Karimun sepenuhnya dipenuhi dari luar daerah, mengingat Karimun bukan penghasil garam.
Dia mengaku telah melakukan langkah antisipasi agar persediaan garam tidak terputus di tengah menurunnya produksi garam dalam negeri.
"Masalah garam bukan hanya dialami di Karimun, ini masalah nasional. Produksi garam dalam negeri menurun karena faktor anomali cuaca," ujarnya.
Dia mengharapkan kepada distributor untuk mendatangkan garam untuk kebutuhan satu bulan atau lebih, sehingga tidak terjadi kelangkaan.
"Garam memang menjadi kebutuhan, bumbu dapur ini menjadi penyedap makanan. Banyak pengaruhnya bagi pedagang kuliner, begitu juga kebutuhan rumah tangga," katanya.
Distributor juga dia harapkan tidak semena-mena menaikkan harga garam untuk mencari keuntungan besar.
"Kenaikan harga garam harus dalam batas yang wajar, sesuai hukum pasar," kata dia.
Harga naik 100 persen
Sementara itu, harga garam di pasar tradisional mengalami kenaikan hingga 100 persen dari harga biasanya sebesar Rp3.000 per kilogram.
Harga garam kasar di pasar tradisional Tanjung Balai Karimun bertengger pada angka Rp6.000 per kilogram, naik dua kali lipat atau 100 persen dari harga beberapa pekan lalu, Rp3.000.
Sedangkan harga garam halus yang semula Rp2.000, kini menjadi Rp3.000 per kilogram (kg).
"Garam sekarang mahal, seumur-umur baru kali ini garam menjadi mahal," keluh Suharti salah satu warga Bukit Tiung, Tanjung Balai Karimun.
Salah satu pedagang sembako di Karimun, Bambang mengaku terpaksa menaikkan harga garam, sebab, kenaikan ini katanya terjadi dari tingkat distributor utama.
"Dari agennya sudah naik Bang, terpaksa kita naikkan juga la, namanya berdagang," kata Bambang.
Ia mengaku tidak berani membeli garam dalam jumlah yang banyak, sebab menurutnya kenaikan ini nantinya sewaktu-waktu dapat turun kembali.
"Saya belinya sikit-sikit (sedikit) aja, nggak berani nyetok banyak. Nanti kalau turun rugi sendiri," katanya.
Ia juga mengaku tidak menjual garam kasar, sebab harganya yang di luar batas wajar, namun demikian, dia tetap menerima pesanan dari pelanggan jika memerlukan garam tersebut baik dalam jumlah kecil maupun banyak.
"Kalau ada yang mesan aja baru saya belikan," katanya.
Pewarta: Rusdianto Syafruddin
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017