Gunung Kidul (ANTARA News) - Kalangan petani di Desa Wareng, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membeli air untuk menyirami tanaman tembakau milik mereka karena tidak ada sumber mata air yang dapat dimanfaatkan.
Seorang petani Wonosari Ari Setiawan di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan pihaknya terpaksa membeli dari tangki swasta.
Dengan lahan tanaman tembakau seluas 9.000 meter persegi dalam sekali penyiraman paling tidak menghabiskan dua tanki air.
"Kami harus mengeluarkan uang banyak untuk membeli air, supaya tanaman tembakau tidak mati. Kami berharap harga tembakau tinggi saat panen nanti sehingga bisa balik modal," harap ArI.
Ia mengatakan, petani berupaya membuat bak penampungan air dengan terpal. Tujuannya menampung air yang dibeli untuk disalurkan.
"Petani di sini sebanyak 220 petani mengeluh, karena sulit mendapatkan sumber air sejak tiga bulan terakhir," katanya.
Ari mengatakan, setiap bulan petani membeli air hingga Rp1 juta. Tidak hanya biaya, karena air sulit tenaga petani juga dikuras.
Namun demikian, risiko merugi bisa dikurangi karena bibit berasal dari perusahaan yang bekerja sama dengan petani. Tembakau tersebut sudah pasti dibeli dengan harga mulai Rp23 ribu sampai dengan Rp33 ribu tergantung dengan kualitas.
"Untuk perawatan diserahkan kepada petani," katanya.
Ia berharap adanya solusi dari pihak pemerintah dengan memberikan bantuan air bersih yang bisa membuat pengeluaran petani sedikit teratasi.
"Kalau kualitasnya tembakau justru malah baik sekarang, tetapi kalau tidak ada air seperti ini tanaman kami jadi layu kurang berbobot. Bahkan kalau tidak cepat diatasi bisa mati," katanya.
Sementara petani tembakau lain, Tukijo mengharapkan pemkab membangun dam untuk menampung air.
"Setiap musim kemarau, petani Wonosari menanam tembakau, kami berharap pemkab membangun bak penampungan air," katanya.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017