Jakarta (ANTARA News) - WWF Indonesia meluncurkan program "Establishing Sustainable Consumption and Production in Thailand, Indonesia and the Philippines" (SCP TIP) guna mendorong pola konsumsi dan produksi berkelanjutan rendah emisi di masa depan.
Direktur Kebijakan, Keberlanjutan dan Transformasi WWF-Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan Indonesia kini bukan saja negara produsen dalam perdagangan global, namun juga konsumen kelas dunia.
Dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa, Indonesia mengkonsumsi sendiri lebih dari separuh produk perkayuan, kertas dan kelapa sawit yang dihasilkannya. Untuk itu, menurut dia, sudah saatnya konsumsi itu juga mengarah kepada konsumsi yang bertanggung jawab.
"Konsumsi yang bertanggung jawab artinya memperhatikan asal usulnya dan menjauhi produk yang terkait praktik-praktik ilegal, perdagangan manusia, pengerusakan lingkungan dan penghancuran livelihood masyarakat setempat," lanjut Bayunanda di Jakarta, Rabu.
Indonesia menjadi negara keenam terbesar penghasil emisi gas rumah kaca dari aktivitas deforestasi. Namun, Indonesia juga telah berkomitmen untuk menekan laju perubahan iklim melalui Rencana Aksi Nasional dan Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAN/RAD GRK) dengan mengurangi emisi hingga 26 persen dari kegiatan deforestasi dan penggunaan lahan di tahun 2020.
Ia menjelaskan bahwa Program SCP-TIP berafiliasi dengan "10 Years Framework Program (10YFP) for Sustainable Food Systems Programme" dari UNEP. Program ini dipimpin oleh WWF-Jerman, dan implementasinya dilakukan oleh tiga kantor WWF di Thailand, Indonesia dan Filipina.
SCP TIP, lanjutnya, merupakan program yang bertujuan membantu mendorong masyarakat di ketiga negara untuk mengintegrasikan dan menerapkan prinsip-prinsip konsumsi dan produksi berkelanjutan sebagai pendukung strategi mitigasi perubahan iklim nasional dalam hal politik, praktik bisnis dan gerakan masyarakat sipil.
Dengan 4,4 miliar orang (2015) ada di kawasan ini, Asia menjadi tempat tinggal bagi 60 persen warga dunia. Tahun 2018, lebih dari 50 persen populasi Asia diperkirakan adalah masyarakat urban, yang berarti mereka akan menjadi konsumen.
Selain itu akan semakin banyak orang tinggal di kota besar yang disebut megacities, yaitu kota berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa. Dan di seluruh dunia diperkirakan akan ada 37 megacities, dua yang terbesar berada di Asia, yaitu Tokyo (39 juta jiwa) dan Jabodetabek (31,5 juta jiwa).
Besarnya jumlah penduduk di perkotaan, menurut dia, akan membawa konsekuensi pola konsumsi, terutama dengan meningkatnya populasi kelas menengah yang akan berpengaruh pada pola konsumsi rumah tangga, transportasi dan pangan.
Kepala Pusat Standarisasi Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Pustanlinghut KLHK) Noer Adi Wardojo mengatakan produksi yang bertanggung jawab, didukung dengan pola konsumsi yang berkelanjutan, bisa menjadi solusi untuk berbagai permasalahan lingkungan dan sumber daya alam yang dihadapi belakangan ini.
Produksi dan konsumsi yang berkelanjutan bisa menyeimbangkan capaian-capaian sosial, ekonomi dan lingkungan seperti yang dicita-citakan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Wardojo menambahkan bahwa pihaknya menyambut baik program yang dilakukan oleh WWF tersebut, sebagai dukungan dari publik untuk terwujudnya Indonesia yang berkelanjutan.
Pustanlinghut KLHK sekaligus focal point kolaborasi pemangku kepentingan SCP Indonesia yang mencakup sejumlah topik di antaranya ekolabel dan Green Public Procurement, Consumer Information, Resource Efficient and Cleaner Production, dan Sustainability in Public Facilities.
Program SCP TIP berdurasi tiga tahun dengan dukungan dana dari German Federal Ministry for the Environment, Nature Conservation, Building and Nuclear Safety (BMUB) sebagai bagian dari International Climate Initiative (IKI).
Pewarta: Virna P. Setyorini
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017