Bangkok (ANTARA News) - Tujuh ledakan bom tergalang menghantam kota tenar bagi wisatawan di Thailand selatan pada Minggu malam, kata kepala penguasa Thailand, melukai sedikit-dikitnya 11 orang di daerah terkoyak kekerasan. Jenderal Sonthi Boonyaratglin, juga pemimpin tentara, menyatakan kepada stasiun televisi Thai TiTV bahwa bom itu kecil dan mendesak rakyat tidak panik. "Itu menunjukkan mereka tidak mau menimbulkan banyak kerusakan di tempat tersebut. Mereka hanya mau menganggu, tapi alasannya memerlukan pemeriksaan lebih seksama," katanya. Sedikit-dikitnya 11 orang, termasuk anak-anak, luka akibat ledakan di daerah niaga seluruh Hat Yai, naf utama wisatawan di daerah selatan itu, yang berjuang untuk pulih setelah bom maut meledak di sana tahun lalu. Dokter di rumahsakit Hat Yai mengatakan kepada kantor berita Prancis AFP bahwa tujuh orang Thai diterima di sal mereka sesudah ledakan itu, dua di antaranya luka parah. Rumahsakit lain di dekatnya melaporkan menerima tiga orang luka, termasuk satu anak laki-laki berumur delapan tahun dan gadis berusia 13 tahun, sedangkan rumahsakit propinsi menyatakan menerima satu orang dewasa. Ledakan itu dimulai pukul 21.00 (21.00 WIB), kata Mayor Jenderal Polisi Paitoon Pattanasophon, dan menghantam hotel, rumahmakan serta toko serba ada di Hat Yai, yang khususnya terkenal bagi wisatawan Malaysia dan Singapura. Ledakan pertama terjadi sedikit di luar toserba besar, katanya, sementara yang kedua di rumahmakan dan ketiga di dekat toko obat. Lebih dari 2.200 orang tewas di daerah berpenduduk sebagian besar suku Melayu di wilayah berbatasan dengan Malaysia itu sejak pemberontakan meledak di sana pada Januari 2004. Kekerasan itu secara umum terdapat di propinsi Yala, Pattani dan Narathiwat, dengan baik orang Melayu maupun Thai tewas dalam hampir bakutembak, pembakaran dan pemboman hampir setiap hari di sana. Tapi, pada September tahun lalu, lima bom meledak hampir bersamaan di kafe dan bar di seluruh Hat Yai, di propinsi Songkhla, menewaskan empat orang, termasuk satu wisatawan, dan melukai puluhan. Kota itu baru pulih dari serangan pada April 2005, saat bandar udara kota tersebut dibom, yang menewaskan dua orang. Satu orang tentara ditembak mati hari Minggu dan empat lagi luka akibat pejuang mengadang ronda tentara di daerah resah Thailand selatan, kata polisi. Sembilan tentara dalam ronda harian mereka di propinsi Yala sewaktu kelompok pejuang menembak mereka. Setelah lima menit bakutembak, pejuang melarikan diri, kata polisi setempat. Tersangka pejuang juga membakar gedung sekolah dasar di propinsi Yala pada Sabtu malam, kata polisi. Kekerasan bertambah besar, meskipun ada langkah membuat perdamaian oleh pemerintah, yang bekuasa sesudah kup pada September 2006. Jenderal Panlop Pinmanee, penasehat satuan tentara, yang bertanggungjawab atas keamanan negara, pekan lalu memperingatkan bahwa gerilyawan mungkin melancarkan serangan berukuran luas terhadap tentara di wilayah selatan. Tiga propinsi itu pernah menjadi satu kesultanan mandiri sampai dicaplok Thailand seabad lalu. Kekerasan untuk memisahkan diri itu meletus di sana sejak saat tersebut, demikian AFP.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007