Kepala Karyawan dan Gudang CV Abadi, Indra di Bengkulu, Rabu, menyebutkan, mereka merumahkan karyawan sampai distribusi pasokan bahan baku kembali normal.
"Kami tidak memecat, karena tidak ada yang diproduksi jadi mau tidak mau ya harus dirumahkan, ada belasan, utamanya ibu-ibu yang bekerja di bagian pengemasan," kata dia.
Indra juga tidak dapat memastikan kapan para karyawan akan kembali bekerja, sebab ketersediaan kembali bahan baku garam juga tidak dapat dipastikan.
"Kami mendatangkan bahan baku dari Madura, Jawa Timur dan sampai saat ini di sana masih gagal panen, masih diupayakan bisa panen pada September 2017 nanti, namun itu juga belum pasti mengingat cuaca," kata dia lagi.
Di Bengkulu sendiri sampai sekarang lanjut Indra belum ada petani garam, sebab lokasi pantai daerah itu belum terbukti cocok untuk dijadikan tambak garam.
"Di sini daerah muara sungai dan teluk, selain itu perlu kajian ilmiah dan laboratorium apakah layak dan memenuhi standar kesehatan," kata dia lagi.
Oleh karena itu satu-satunya daerah penyuplai bahan baku garam konsumsi di Bengkulu yakni dari Madura, Provinsi Jawa Timur.
"Kami sudah laporkan ke dinas perindustrian dan perdagangan kondisi ini, semoga ada tindak lanjut, sebab garam yang beredar di pasaran saat ini hanya stok lama," ucapnya.
CV Abadi merupakan satu dari dua perusahaan pengolahan garam di Bengkulu, yakni mengolah bahan baku melalui proses iodinasi sebelum dikemas dan didistribusikan ke seluruh pasar di provinsi itu.
Pewarta: Boyke LW
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017