Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, melemah tipis sebesar dua poin menjadi Rp13.310 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.308 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa mata uang rupiah mengalami penurunan terhadap dolar AS di tengah anstisipasi pelaku pasar terhadap pertemuan Komite Pasar Terbuka the Fed (FOMC).
"Sedianya FOMC akan dilaksanakan pada pekan ini, pasar berharap mendapat petunjuk kebijakan moneter The Fed mengenai suku bunga acuan," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, pelemahan rupiah relatif terbatas menyusul pelaku pasar masih tampak antusias mengikuti lelang SUN. Imbas tetapnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI 7-Day Repo Rate) yang dibarengi komitmen pemerintah untuk tetap membangun infrastruktur menjadi salah satu faktor positif pada lelang itu.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menambahkan bahwa kemungkinan rupiah kembali menguat masih terbuka menyusul naiknya harga minyak mentah dunia ditambah melemahnya dolar AS karena kasus Presiden AS Donald Trump dengan Rusia.
Ia mengatakan bahwa semakin banyaknya bukti-bukti hubungan antara Donald Trump dan Rusia terkait dengan campur tangan Rusia dalam hasil pemilihan Presiden AS, bisa membuat agenda-agenda ekonomi Amerika Serikat tertahan.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 1,04 persen menjadi 46,82 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,97 persen menjadi 49,07 dolar AS per barel.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini (25/7) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.320 dibandingkan hari sebelumnya (Senin, 24/7) Rp13.319 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017