Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 63 persen jamaah haji Indonesia berisiko tinggi mengalami gangguan kesehatan saat melaksanakan ibadah di Tanah Suci.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Eka Jusup Singka di Jakarta, Selasa, mengatakan angka persentase tersebut tidak banyak berubah sejak tahun-tahun sebelumnya.
"Angkanya terus seperti itu, 63, 65, 63, 65 (persen). Orang yang lebih banyak sakit terjadi pada usia lanjut," ungkap Eka.
Dia menerangkan jamaah berisiko tinggi ialah jamaah yang berpotensi mengalami kondisi fisik yang menurun dan bisa mengganggu orang lain.
Sebanyak 129.999 calon haji Indonesia pada tahun ini berisiko tinggi alami gangguan kesehatan. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun lalu dengan 104 ribu anggota jamaah berisiko tinggi.
Eka menuturkan, kebanyakan calon haji yang berisiko tinggi ialah lansia. Namun ada juga orang muda yang dikategorikan berisiko tinggi.
Jamaah berisiko tinggi dibagi menjadi tiga kategori dengan pemakaian Gelang Risti berwarna merah, kuning, dan hijau.
Kategori gelang merah ialah orang tua dengan usia 60 tahun ke atas yang memiliki penyakit. Jumlah jamaah kategori ini sebanyak 55.777 orang.
Selanjutnya kategori gelang hijau ialah orang tua usia 60 tahun ke atas yang sehat badannya, dengan jumlah 12.570 orang.
Sedangkan kategori gelang kuning ialah orang muda dengan penyakit bawaan, yang berjumlah paling banyak yakni 61.652 orang.
Eka berharap pada kesadaran para calon jamaah dalam menjaga kondisi kesehatan pada saat menjalankan ibadah haji.
Dia meminta agar calon haji tidak melakukan kegiatan yang membuang tenaga seperti berjalan-jalan keluar, atau tidak memforsir ibadah demi memperhatikan kondisi kesehatan.
Untuk para calon jamaah haji yang memiliki penyakit bawaan seperti penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan penyakit khusus lainnya juga diharapkan mempersiapkan obat-obatan pribadi yang biasa digunakan.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017