Survei yang mencakup tanggapan dari 275 profesional TI di tiga negara, Singapura, Malaysia dan Indonesia, tersebut mengungkapkan bahwa satu dari empat perusahaan di Indonesia telah menyiapkan dana untuk proyek-proyek aplikasi mobile. Dan, satu dari tiga perusahaan telah berencana untuk berinvestasi dalam 12 bulan ke depan.
"Akan semakin banyak perusahaan yang terus memobilisasi proses bisnis inti mereka melalui berbagai aplikasi dan layanan terkait guna membantu mendorong nilai bisnis yang berkelanjutan dan pengalaman pengguna yang lebih baik," kata Avinav Trigunait, Associate Director for Enterprise Mobility Research, IDC Asia Pacific, di Jakarta, Selasa.
Responden survei dari Indonesia berinvestasi dengan hati-hati dan berfokus pada pengalaman pelanggan. Sebanyak 37 persen responden menganggap mobilitas sebagai bagian dari strategi bisnis mereka, namun berinvestasi dengan hati-hati karena keterbatasan sumber daya.
Sementara itu, 27 persen telah memiliki anggaran terkait aplikasi mobile, yang merupakan persentase tertinggi di wilayah ASEN. Selain itu, 26 persen berfokus pada peningkatan pengalaman pelanggan melalui inisiatif mobilitas mereka.
Lebih dari itu, survei yang dilakukan Red Hat dan IDC itu menunjukkan bahwa Singapura, Malaysia dan Indonesia tengah beralih melampaui perangkat menuju mobilitas alur kerja.
Sebanyak 50 persen responden yang disurvei menganggap mobilitas penting bagi bisnis mereka, sementara 40 persen berencana untuk fokus pada proyek-proyek terkait aplikasi mobile dalam 12 hingga 24 bulan ke depan.
Permintaan akan aplikasi-aplikasi mobile di tiga negara tersebut juga sedang berkembang, di mana integrasi sistem lawas menjadi salah satu prioritas.
Sebanyak 76 persen responden memiliki alokasi anggaran atau berencana untuk berinvestasi di proyek-proyek aplikasi mobile dalam 24 bulan ke depan, sementara 58 persen berencana untuk menerapkan antara satu hingga lima aplikasi mobile dalam 24 bulan ke depan.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017