"Bahkan, sudah habis dipesan sejak satu bulan lalu. Namun seperti tahun-tahun sebelumnya, kami berharap rumah-rumah masyarakat yang sudah direnovasi dapat dijadikan sebagai rintisan homestay," kata Ketua Kelompok Sadar Wisata "Dieng Pandawa" Alif Faozi di Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa.
Dengan demikian, kata dia, wisatawan yang belum mendapatkan "homestay" saat pergelaran DCF 2017 dapat menginap di rumah-rumah warga yang dijadikan sebagai rintisan "homestay".
Ia mengatakan jumlah "homestay" di Dataran Tinggi Dieng, baik yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara maupun Wonosobo, sekitar 700-800 unit.
"Kalau di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, ada sekitar 200 homestay," katanya.
Terkait dengan tarif "homestay" selama pergelaran DCF 2017, dia mengatakan berdasarkan kesepakatan dengan pengelola, tarifnya mengalami kenaikan berkisar Rp50.000-Rp100.000 dengan menyesuaikan fasilitas yang disediakan.
Menurut dia, kenaikan tarif tersebut ditetapkan karena pemilik "homestay" khususnya yang ada di Desa Dieng Kulon turut andil dalam pendanaan salah satu acara yang digelar pada hari pertama DCF 2017, Jumat (4/8), berupa "Kongkow Budaya".
Dalam hal ini, kata dia, hampir 80 persen biaya untuk acara "Kongkow Budaya" didanai oleh pemilik "homestay".
Disinggung mengenai letusan freatik di Kawah Sileri yang terjadi pada hari Minggu (2/7), Alif mengakui jika kejadian tersebut sempat berdampak terhadap penurunan wisatawan ke Dieng termasuk pembatalan terhadap "homestay" yang telah dipesan.
"Sempat berpengaruh sekitar satu minggu, namun sekarang telah pulih lagi setelah mereka mengetahui yang sebenarnya. Dieng tetap aman dikunjungi wisatawan," katanya.
(Baca: Sembilan anak berambut gimbal diruwat saat DCF 2017)
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017