"Ada sebagian perajin ikan asin yang sudah berbalik haluan menjadi perajin ikan asap sebab garam sulit di dapat," kata Inang seorang agen pemasok garam kasar asal Surabaya ke Ambon.
Inang mengaku sudah empat bulan tidak lagi memasok garam karena stoknya kosong.
Dia mengatakan, guna membantu para perajin dirinya turut menjual ikan asap jenis julung-julung (ikan terbang) yang diproduksi oleh perajin yang beralih haluan itu.
"Saya selama ini memesan ikan asin cakalang Banda dari perajin di Pulau Banda untuk di pasarkan di Ambon namun belakangan ini pesanannya tidak masuk lagi dengan alasan perajin sulit mendapatkan garam," ujarnya.
"Di pasar Ambon ada garam impor, namun para perajin ikan asin mengatakan bahan garam impor tidak cocok untuk membuat ikan asin," ujarnya.
Kabid Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku Bustaman Ohorella yang dikonfirmasi terkait stok garam di pasar menghilang mengakui, kalau kesulitan garam bukan saja terjadi di Ambon atau Maluku pada umumnya tetapi di semua daerah.
"Bahkan di Pulau Jawa menjadi persoalan yang cukup mendapat perhatian pemerintah sebab banyak pabrik yang selama ini membutuhkan garam sebagai salah satu bahan utama juga sulit untuk mendapatkan," ujarnya.
Kalau di Maluku tidak terlalu berdampak yang besar terkait masalah garam, lanjutnya, sebab tidak ada pabrik-pabrik yang besar yang memerlukan garam sebagai bahan utama.
Dia menambahkan, memang ada keluhan dari para perajin ikan asin di daerah ini yang tidak bisa mengembangkan usahanya tanpa ada garam, mudah-mudahan dalam waktu dekat pemerintah sudah bisa mengatasinya.
(Baca: Harga ikan asin di Samarinda melonjak)
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017