Jakarta (ANTARA News) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan perlu pesawat udara water bombing untuk memadamkan lahan dan hutan yang terbakar di Kabupaten Aceh Barat,Aceh.
"Saya sudah berkoordinasi dengan BNPB, yang Aceh Barat, anak-anak sudah berusaha juga, tapi aksesnya berat sehingga harus pakai water bombing," kata Siti Nurbaya sebelum mengkuti sidang kabinet paripurna di Istana negara Jakarta, Senin.
Dia mengungkapkan sejak Minggu (23/7) pihaknya telah mencoba untuk memadamkam secara manual karena perkiraan water bombing baru Senin atau Selasa baru datang.
"Saya terus berusaha, karena harus izin juga dari Menteri Perhubungan," ungkap Nurbaya.
Nurbaya mengakui bahwa pada Juli ini ada peningkatan atau skalasi (kenaikan jika dibanding pada bulan-bulan sebelumnya, terutama di daerah Sumatera Utara.
"Di Sumut naiknya banyak, Jambi juga naiknya banyak. Riau tidak terlalu, untuk Kalimantan Barat relatif rata," ungkapnya.
Namun, kata Nurbaya, titik api (hot spot) berdasarkan data Januari hingga Juli ini masih 21 persen dibandingkan hot spot tahun lalu.
Namun demikian, lanjut Nurbaya, banyak daerah baru, seperti Aceh Barat, Kepulauan Riau, Sulawesi Tenggara, Sumatara Utara, Sumatera Barat, angka titik apinya mengalami kenaikan.
"Artinya baru sekarang angkanya kenceng, angka baru keluar dan saya sudah pelajari," kata Nurbaya.
Aceh Barat meluas
Dalam pemberitaan sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyebutkan lahan yang terbakar di Kabupaten Aceh Barat terus meluas hingga mencapai 60 hektare akibat musim kemarau.
"Kami di sana (Aceh Barat) dan ikut padamkan api, dapat laporan. Hingga kemarin telah 60 hektare lebih lahan yang terbakar," ujar Kepala BPBA Yusmadi, di Banda Aceh, Senin (24/7).
Titik kebakaran lahan di wilayah yang berada di pantai Barat provinsi paling ujung utara di Pulau Sumatera tersebut tersebar mulai sisi pinggir jalan lintas nasional di kawasan pesisir pantai barat hingga masuk ke kawasan berada di dalam hutan. Kondisi tersebut juga mengakibatkan daerah sekitar, seperti wilayah Kota Meulaboh sebagai ibu kota Kabupaten Aceh Barat diselimuti kabut asap.
Ia menyatakan peyebab kebakaran lahan itu akibat pembukaan lahan baru untuk dijadikan perkebunan dengan cara membakar karena musim kemarau.
"Ini ulah masyarakat, bukan koorporasi. Jadi masyarakat itu bersihkan lahan, daun sudah kering dibakar, tapi api merambat ke tengah hutan," tuturnya.
Komandan Koramil Johan Pahlawan Kapten Infantri Sudarsono pekan lalu mengatakan, sekitar 50 hektare lahan gambut di sejumlah kawasan Aceh Barat, Provinsi Aceh terbakar.
Dia mengatakan kebakaran lahan gambut diduga akibat ulah masyarakat yang membuka lahan dengan cara membakar atau tidak ramah terhadap lingkungan.
"Ada empat titik lokasi terjadi pembakaran lahan yang kami temukan dengan luas sekitar 50 hektare. Sedang kami data, dan mencari siapa pemilik lahan yang terbakar," katanya.
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017