Jakarta (ANTARA News) - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan nilai emisi penerbitan surat utang (obligasi) pada tahun ini bakal mencapai Rp119 triliun atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 lalu menyusul tingginya kebutuhan pendanaan infrastruktur.
"Sampai pertengahan tahun ini sudah on the track, penerbitan obligasi tahun ini bisa lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp114,12 triliun," ujar Presiden Direktur Pefindo, Salyadi Saputra di Jakarta, Senin.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), hingga Juni 2017 realisasi penerbitan obligasi korporasi mencapai sekitar Rp57,03 triliun.
Ia mengatakan bahwa penerbitan obligasi salah satunya didorong oleh kebutuhan pendanaan infrastruktur serta perbaikan peringkat sovereign rating Indonesia menjadi layak investasi (investment grade) yang dapat mendorong kupon dibayarkan menjadi lebih rendah dibandingkan sebelumnya.
"Tujuan obligasi pada umumnya untuk pendanaan jangka panjang, hal itu sesuai dengan kebutuhan infrastruktur, karena pengembalian investasinya juga cukup panjang," katanya.
Salyadi Saputra mengatakan bahwa kebutuhan pendanaan proyek infrastruktur yang besar juga turut mendorong BUMN mencari pendanaan melalui penerbitan obligasi korporasi.
Saat ini, lanjut dia, porsi obligasi korporasi BUMN terhadap total outstanding obligasi korporasi mencapai 46 persen, meningkat dibandingkan catatan 2013 sebesar 32,7 persen. Hingga Juni 2017, BUMN telah menerbitkan obligasi sebesar Rp26,1 triliun sedangkan perusahaan swasta menerbitkan obligasi sebanyak Rp31,7 triliun.
"Peringkat BUMN mayoritas berada di level AAA (triple A)," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017