Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, menguat 10 poin menjadi Rp13.303 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.313 per dolar Amerika Serikat (AS).

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin mengatakan bahwa nilai tukar rupiah kembali mengalami penguatan terhadap dolar AS, sebagian pelaku pasar uang yang khawatir terhadap situasi politik di Amerika Serikat menjadi salah satu faktor pendorong pelepasan aset berdenominasi dolar AS.

"Juru bicara Gedung Putih yang mengundurkan diri, mengindikasikan adanya gejolak politik," katanya.

Situasi politik di Amerika Serikat yang kurang kondusif itu, lanjut dia, juga turut membebani imbal hasil obligasinya, situasi itu yang mendorong sebagian pelaku pasar menahan diri untuk masuk ke aset berdenominasi dolar AS.

Dari dalam negeri, ia mengatakan bahwa keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan (BI 7-Day Repo Rate) di level 4,75 persen juga masih direspon positif pelaku pasar uang di dalam negeri.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan bahwa investor memperkirakan pertemuan the Fed pada 25-26 Juli ini akan mempertahankan kebijakan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate) di level 1-1,25 persen.

"The Fed terakhir naikkan FFR-nya pada pertemuan 14 Juni lalu. Dan kemungkinan menaikkan FFR tersebut pada pertemuan September atau bahkan Desember 2017 nanti," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini (24/7) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.319 dibandingkan hari sebelumnya (Jumat, 21/7) Rp13.323 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017