Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan diperkirakan masih akan melanjutkan penurunannya, sehubungan dengan masih berlanjutnya tekanan bursa global dan regional. "Tekanan bursa global dan regional masih akan berlanjut," kata Analis Riset PT Valbury Asia Securities, Krisna Dwi Setiawan, di Jakarta. Menurut Krisna, pergerakan saham global kelihatannya masih menunjukkan pergerakan negatif, dan itu akan sangat mempengaruhi perdagangan saham di BEJ. Bursa utama dunia, New York AS dan China, pekan lalu melemah akibat pernyataan mantan Gubernur Bank Sentral AS, The Fed, Alan Greenspan yang mengungkapkan terjadi kontraksi dramatis di bursa China. Pernyataan ini telah memicu penurunan bursa China yang diikuti bursa AS dan bursa regional. Selain itu, tren menurunnya harga komoditi juga masih akan menekan harga saham dari sektor pertambangan. "Harga nikel kelihatannya masih menunjukkan tren turun," tambahnya. Dia juga mengungkapkan bahwa posisi 'overbought' (kelebihan beli) beberapa saham unggulan juga akan masih menekan indeks untuk terjadi konsolidasi. Krisna hanya melihat sentimen positif dari kemungkinan berlanjutnya penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-rate) karena kondisi inflasi masih rendah. "Awal bulan depan inflasi kayaknya masih rendah, walaupun tidak serendah bulan lalu (April), dan ini masih memberikan peluang penurunan BI-rate," tambahnya. Dia memperkirakan pekan depan indeks akan bergerak pada kisaran 2.050. Selama pekan ini, IHSG ditutup turun tipis tipis 3,329 poin atau 0,16 persen menjadi 2.060,434, sedangkan indeks LQ45 mengalami melemah 4,705 poin atau 1,09 persen ke level 429,802. (*)

Copyright © ANTARA 2007