Yerusalem (ANTARA News) - Israel menyatakan tidak akan melepas detektor logam yang pemasangannya di luar kompleks Masjid Al Aqsa memicu bentrok paling berdarah dengan warga Palestina dalam bertahun-tahun.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumpulkan Kabinet keamanannya dalam rapat pada Minggu malam untuk membahas masalah itu.
"Mereka (detektor logam) tetap dipasang. Para pembunuh tidak akan memberi tahu kita bagaimana menggeledah para pembunuh," kata Tzachi Hanegbi, menteri Israel untuk pembangunan regional, kepada Army Radio.
"Kalau mereka (warga Palestinia) tidak mau masuk ke masjid, biarkan mereka tidak memasuki masjid."
Kemarahan pada apa yang dianggap sebagai pelanggaran pengaturan akses yang sudah berlangsung puluhan tahun ke tempat suci ketiga umat Islam itu membuat banyak warga Palestina menolak melewati detektor logam untuk memasuki masjid Al Aqsa dan memilih shalat di jalanan, serta menggelar aksi protes.
Reuters menyaksikan beberapa bentrok ringan antara jamaah Muslim dengan pasukan keamanan Israel di pintu masuk Kota Tua Yerusalem pada Minggu malam. Sumber-sumber medis Palestina melaporkan bahwa kejadian itu tidak menimbulkan korban cedera serius.
Peningkatan ketegangan, serta kematian tiga warga Israel dan dan empat warga Palestina dalam kekerasan pada jumat dan Sabtu telah memicu kewaspadaan internasional dan mendorong Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadakan rapat pada Senin untuk mencari cara meredakan ketegangan di sana.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan dia akan menghentikan hubungan keamanan dengan Israel sampai mereka membongkar pintu-pintu masuk dengan detektor logam menuju plasa Masjid Al Aqsa setelah dua polisinya tewas tertembak pada 14 Juli.
Abbas, merujuk pada detektor logam itu mengatakan pada Minggu: "Kalau Israel ingin koordinasi keamanan dilanjutkan, mereka harus menarik kebijakan-kebijakan itu."
"Mereka seharusnya tahu bahwa mereka pada akhirnya akan kalah, karena kami sudah menjadikan tugas menjaga keamanan di sisi kami dan mereka sebagai tugas serius."
Gilad Erdan, menteri keamanan publik Israel, mengingatkan potensi "kekerasan skala besar"-- prospek yang kemungkinan besar terjadi di tepi Barat-- tanpa bantuan Abbas.
Erdan mengatakan Israel pada akhirnya mungkin akan menghentikan pemeriksaan menggunakan detektor logam bagi Muslim yang memasuki kompleks Al-Aqsa di bawah pengaturan alternatif yang sedang dikaji.
Pengaturan semacam itu bisa mencakup pengerahan polisi Israel di pintu-pintu masuk dan pemasangan kamera CCTV dengan teknologi pengenalan wajah.
"Lagi pula, banyak jamaah yang dikenal polisi, pengunjung tetap, dan orang-orang yang sangat tua dan sebagainya, dan kami disarankan menghindari pemasangan seluruh detektor logam ini," kata Erdan kepada Army Radio, menyatakan bahwa satu-satunya pembuat masalah mungkin pelaksanaan pemeriksaan ekstra.
Pengaturan pengganti dari yang semacam itu belum siap, katanya sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017