Paris (ANTARA News) - Chris Froome pada Minggu tampil nyaris sempurna untuk memenangi gelar Tour de France keempatnya dan semakin dekat dengan gelar pebalap sepeda terhebat ketika Team Sky mempererat genggaman mereka di balapan klasik.
Pebalap sepeda Britania itu mengalami sedikit masalah namun selalu mampu mengendalkan situasi dalam balapan selama tiga pekan ini berkat penampilan bagus rekan-rekan setimnya, yang melindunginya saat diperlukan, membuat atlet bertubuh kurus itu mampu mengukir perbedaan di "time trial."
Sky, yang memiliki bujet terbesar untuk "peloton," kini telah memenangi lima dari enam gelar terakhir dan nyaris menempatkan dua pebalap sepeda di podium, ketika Mikel Landa asal Spanyol gagal masuk tiga besar karena tertinggal satu detik, menurut pengukuran waktu sementara.
Froome kini tertinggal satu gelar dari Eddy Merckx asal Belgia, Miguel Indurain asal Spanyol, dan dua pebalap sepeda Prancis Jacques Anquetil dan Bernard Hinault.
Ia merupakan orang pertama yang memenangi tiga gelar secara beruntun sejak Indurain, yang melakukannya pada 1991-1995. Tujuh gelar milik Lance Armstrong telah dihapus dari buku rekor.
Rigoberto Uran asal Kolombia finis di urutan kedua secara keseluruhan, tertinggal 54 detik, dan Romain Bardet asal Prancis, runner up tahun lalu, menduduki urutan ketiga, tertinggal 2:20 setelah kedua pebalap kehilangan waktu dari Froome pada time trial terakhir pada Sabtu.
Tahapan prosesional terbanyak pada Minggu diawali dari Montregon -- di mana Tour pertama kali dimulai pada 1903 -- menuju Champ Elysees di Paris dimenangi oleh Dylan Groenewegen asal Belanda dengan sprintnya.
Laju sepanjang 103 kilometer merupakan kesempatan bagi Froome untuk mengecap kemenangan bersama rekan-rekan setimnya ketika balapan hanya dimulai ketika peloton, yang melaju melalui Grand Palais, mencapai Champs Elysees.
Froome mendapat dua masalah mekanik pada titik-titik kunci di balapan, namun para rivalnya gagal mengambil keuntungan maksimal dari kesalahan-kesalahan itu.
Pada tahapan kesembilan, mereka menunggu dia setelah Fabio Aru menyerang di dekat puncak pendakian akhir, dan para rival utamanya tidak mampu mendekat sepekan kemudian setelah pebalap sepeda Britania itu mematahkan jari-jari roda belakangnya dan mendapati dirinya tertinggal 45 detik.
Ia ditaklukkan pada finis uphill yang brutal di Peyragudes ketika pebalap sepeda 26 tahun Bardet memenangi tahapan itu, memperlihatkan potensinya untuk memenangi Tour.
Bagaimanapun, Bardet dan para pesaing lain secara keseluruhan terlalu lemah untuk time trial. Froome mencermati hal itu dan ia hanya mengambil sedikit risiko, mengetahui dirinya akan mampu mencetak angka pada satu hari sebelum hari terakhir di Marseille.
Prancis menjalani Tour yang hebat dengan kemenangan di lima tahapan, termasuk dua oleh Warren Barguil, yang memenangi kaus polka dot untuk klasifikasi pegunungan dan menjadi salah satu sosok populer, membawa kembali kenangan Richard Virenque.
Kemampuan serba bisa pebalap sepeda Australia Michael Matthews membuatnya mendapatkan kaus hijau untuk poin-poin klasifikasi, terbantu oleh fakta bahwa juara dunia Peter Sagan dicoret dari balapan setelah menyikut Mark Cavendish saat melakukan sprint menuju finis.
Pebalap sepeda Britania Simon Yates memenangi kaus putih untuk pebalap terbaik di bawah 25 tahun setelah finis di urutan ketujuh secara keseluruhan, setahun setelah saudara kembarnya Adam mengukir pencapaian yang sama, demikian Reuters melaporkan.
(H-RF)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017