Pemerintah kota setempat memperdalam stasiun tersebut hingga 94 meter atau setara 31 lantai di bawah tanah, demikian laporan media resmi setempat, Minggu.
Stasiun Hongtudi yang dibuka untuk melayani penumpang di jalur atau Line 6 beberapa tahun yang lalu itu mendapat predikat sebagai stasiun bawah tanah terdalam karena berada di kedalaman 60 meter.
Saat ini, stasiun itu diperdalam lagi agar bisa tersambung ke Line 10, jalur kereta api bawah tanah baru yang akan dibuka pada akhir 2017.
Bahkan nantinya, Stasiun Hongtudi akan menjadi stasiun terdalam ketiga di dunia setelah Stasiun Metro Pyonyang di Korea Utara yang dalamnya mencapai 110 meter dan Stasiun Arsenalna di Kiev, Ukraina, berkedalaman 105,5 meter.
Chongqing mendapat julukan sebagai "kota gunung" di barat daya dataran Tiongkok. Oleh karena medannya yang berbukit dan untuk menghindari kerusakan sistem sirkulasi udara serta merusak pondasi jalan, stasiun tersebut dibangun di bawah tanah.
Dari rel kereta Line 6 ke jalan utama membutuhkan waktu sekitar tiga menit dengan menggunakan tangga berjalan atau eskalator. Lebih lama lagi kalau menapaki 354 anak tangga.
"Eskalator ini terlalu panjang dan pelan sehingga butuh waktu lama untuk sampai di jalan," kata Liu (24) pengguna fasilitas stasiun tersebut sebagaimana dikutip China Daily.
Sebanyak 32 unit eskalator yang ada di Stasiun Hongtudi akan diperbanyak menjadi 91 unit menuju Line 10.
Dalam beberapa tahun terakhir, Pemkot Chongqing menggalakkan pembangunan sistem kereta bawah tanah seiring dengan makin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan kemacetan jalur lalu lintas di jalan raya.
Sama halnya dengan Chongqing, beberapa kota di daratan Tiongkok juga terus meningkatkan pembangunan sistem kereta bawah tanah.
Menurut data Biro Statistik Nasional, China telah memiliki 4.153 kilometer jaringan rel kereta api sistem transit yang tersebar di 30 kota hingga akhir 2016.
Pewarta: M Irfan Ilmie
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017