"Narkoba flakka itu tiba-tiba sudah di dalam (Indonesia)," kata Budi Waseso seusai acara Pembekalan dan Pengukuhan Kader Inti Pemuda Antinarkoba DIY di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta, Jumat.
Menurut Budi, hasil penelitian laboratorium narkoba BBN telah memastikan bahwa narkoba jenis flakka ada di Indonesia. Meski belum diketahui pola peredarannya, namun narkoba jenis baru itu mulai kerap ditemukan di sejumlah paket narkoba yang disita BNN.
"Barusan saya mendapat laporan , kita temukan lagi dalam paket yang kita sita ternyata juga sebuah narkotika jenis flaka," kata dia.
Oleh sebab itu, ia mengatakan untuk mencegah meluasnya peredaran flakka, BNN bersama Kementerian Kesehatan akan segera menindaklanjuti potensi peredarannya. "Sehingga kami bisa mengambil langkah hukum bilamana ada yang menyalahgunakan dan mengedarkannya," kata dia.
Budi menyadari hingga saat ini Indonesia masih menjadi sasaran peredaran narkoba dari berbagai negara. Di negara kepulauan seperti Indonesia, menurut dia, banyak bermunculan pelabuhan-pelabuhan tikus yang memudahkan lalu lintas peredaran narkoba.
"Ini karena memang begitu luasnya wilayah kita yang tidak bisa kita awasi, maka bisa mudah masuk," kata dia.
Penyelundupan 1 ton sabu dari China yang berhasil digagalkan di Anyer, Banten beberapa waktu lalu, menurut Budi, belum ada apa-apanya dibandingkan yang telah masuk wilayah Indonesia. Berdasarkan data yang ia terima dari China, pada 2016 narkotika dari negara tersebut yang berhasil masuk ke Indonesia mencapai 250 ton. "Narkoba yang masuk ke Indonesia sangatlah besar. Sebelum Bulan Puasa saja kita kecolongan 5 ton jenis sabu yang masuk ke Indonesia," kata dia.
(T.L007/T007)
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017