Ramon, turis asal Spanyol, tak bosan-bosannya mengabadikan momentum persinggahan beberapa jamnya di Pulau Cemara Kecil, Kepulauan Karimunjawa, dengan telepon genggam miliknya untuk bersantap siang setelah mengunjungi spot "snorkerling" pada Selasa (18/7).

Bersama kekasihnya, seorang perempuan asal negaranya, dan delapan orang Indonesia yang dia kenal secara tak sengaja saat bersama-sama menumpang KMP Siginjai rute Jepara-Karimunjawa pada Senin (17/7) pagi, pemuda jangkung ini berfoto sepuasnya.

Dibantu seorang pemandu wisata yang mendampingi perjalanan dia bersama sembilan anggota rombongannya, Ramon diminta pemandunya itu untuk beberapa kali melakukan lompatan dengan kaki terkangkang guna mendapatkan foto yang menarik.

Dilatarbelakangi hamparan laut hijau membiru dan Pulau Karimunjawa dengan deretan perbukitannya dari kejauhan, Ramon mengikuti arahan pria berkulit sawo matang yang akrab disapa Dwi alias Stafano itu untuk melakukan beberapa kali lompatan.

Di pantai pasir putih pulau kecil yang ditumbuhi pepohonan cemara, kelapa, dan sejumlah tanaman khas lain yang jamak ditemui di kawasan wisata bahari Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah itu, dia menikmati salah satu momentum dalam kehidupannya tersebut.

"Saya seakan berada di surga," kata penggemar berat Barcelona, klub sepakbola kondang di negaranya yang memiliki pemain ternama asal Argentina bernama Lionel Messi ini, kepada Antara yang menemuinya di pulau berukuran sekitar tiga kali luas lapangan bola itu.

Di Pulau Cemara Kecil yang dapat dicapai sekitar setengah jam dengan perahu bermotor 23 PK (tenaga kuda) dari lokasi spot "snorkeling" (selam permukaan) Pulau Menjangan Kecil itu, ada sebuah warung makanan dan minuman ringan.

Di warung papan sederhana yang dikelola tiga atau empat anak muda itu, Ramon dan puluhan wisatawan lain yang singgah di pulau berpasir putih yang dilengkapi beberapa ayunan dan kursi duduk dari potongan kayu tersebut, dapat menikmati kopi instan dan kelapa muda. Sebutir kelapa muda dijual Rp15.000.

"Kalau pas musim libur panjang seperti Lebaran, kami bisa menjual lebih dari 500 butir sehari," kata seorang pemuda yang melayani pembeli di warung berlantai pasir dan hanya dilengkapi sebuah dipan kayu lusuh itu.

Ramon yang mengaku baru pertama kali berlibur di Indonesia bersama kekasih hatinya ini, hanyalah satu dari banyak wisatawan asing dan nusantara yang mengunjungi Kepulauan Karimunjawa untuk menikmati pesona wisata bahari dan alam perbukitannya yang hijau.

Kehadiran Ramon dan para turis lain yang mengunjungi kawasan wisata Karimunjawa itu membawa berkah ekonomi bagi banyak pihak, termasuk anak-anak muda yang mengelola warung jualan dan tampak menjaga kebersihan lingkungan Pulau Cemara Kecil itu.

Berkah ekonomi dari denyut kehidupan kepariwisataan di Karimunjawa yang bersentuhan dengan kegiatan usaha besar, menengah, dan kecil itu pula yang dirasakan warga kecil seperti Sumadi.

Pemilik "homestay" Bintang Laut, Pulau Karimunjawa ini sudah bertahun-tahun menghidupi keluarganya dari hasil usahanya yang sangat bergantung pada kehadiran para turis nusantara dan mancanegara.

Sumadi mengaku mendapat Rp500 ribu dari 10 orang tamu yang menginap di "homestay" miliknya selama empat hari di luar biaya makan pagi, siang, dan malam jika mereka mau memesan makan dari dia.

"Untuk urusan makan, setiap orangnya hanya dikenakan Rp15 ribu per sekali makan atau total Rp45 ribu untuk tiga kali makan," kata ayah lima anak ini.

Dalam mengelola usahanya itu, Sumadi berupaya melayani dengan sebaik mungkin para wisatawan lokal maupun asing yang menginap di "homestay-nya" yang dilengkapi tiga kamar tidur dengan masing-masing diisi dua tempat tidur dan satu kamar mandi di dalam itu.

Sebagai bagian dari usahanya memberikan pelayanan terbaik itulah, dia dan putranya yang menjadi pemandu mendampingi Ramon dan kekasihnya serta delapan anak muda asal Bandung yang sejak Senin hingga Kamis pekan ini menginap di "homestay-nya".

Manfaat ekonomi sektor pariwisata yang dirasakan langsung warga Kecamatan Karimunjawa itu, juga dirasakan Lukmanul Hakim, pemilik usaha LX Rental yang berlokasi di Jalan A. Yani Nomor 3 RT 03/RW 01.

Dari kegiatan bisnis penyewaan peralatan selam, "snorkeling", kamera bawah air, sepeda motor, dan sepeda, serta penyediaan tenaga pemandu wisata dan katering itu, Lukman membangun kehidupan keluarganya.

Dia tidak hanya mengelola bisnis penyewaan peralatan selam, snorkeling, dan kamera bawah air yang umumnya bekerja sama dengan pemilik perahu yang menjadi moda transportasi andalan untuk mendukung wisata bahari Karimunjawa, tetapi juga menawarkan paket tur.

Denyut nadi sektor pariwisata Karimunjawa yang telah ditetapkan Kementerian Pariwisata sebagai salah satu dari empat Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) itu, telah mengembangkan demikian banyak usaha masyarakat.

Selain jenis-jenis usaha yang telah menghidupi warga biasa Karimunjawa, seperti Sumadi dan Lukman, produk-produk hasil industri kreatif, seperti cenderamata dan kaos bertema Karimunjawa dari bahan katun serat bambu pun hidup di kota kecamatan tersebut.

Tak sampai di situ, usaha-usaha pendukung sektor pariwisata yang lain, seperti restoran dan warung makan, penyewaan perahu dan penginapan mulai dari tingkat rumahan sampai hotel berbintang dan resor mewah pun menggeliat di kawasan wisata ini.

Berkah ekonomi yang dirasakan masyarakat di destinasi wisata bahari Karimunjawa itu tak dapat dianggap kecil d imana manfaatnya tidak hanya diberikan oleh wisatawan lokal namun juga turis mancanegara seperti Ramon.

Bahkan, potensi kunjungan dari turis asing tersebut, menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, bisa mencapai sedikitnya 2.000 kunjungan per bulan.

Pada April dan Mei 2017, misalnya, BPS Provinsi Jateng mencatat ada 2.349 dan 2.265 kunjungan turis asing ke Jateng yang masuk melalui Bandar Udara Adi Sumarmo dan Ahmad Yani.

Namun, di tengah besarnya efek positif sektor pariwisata bagi upaya menciptakan lapangan kerja dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat ini, pengembangan sektor pariwisata Kepulauan Karimunjawa sudah sepatutnya senantiasa memperhatikan kelestarian alam.

Karena, seperti pernah diingatkan Menteri Pariwisata Arief Yahya, pembangunan pariwisata dan pengelolaan lingkungan hidup bak dua sisi mata uang yang saling melengkapi dalam menarik lebih banyak wisatawan yang berkunjung.

"Keduanya dapat menjadi daya tarik dan pesona bagi wisatawan. Tepat bila diyakini bahwa semakin lestari semakin sejahtera," katanya dalam pidato sambutannya pada acara peringatan "World Tourism Day" dan "Hari Kepariwisataan Nasional" dua tahun silam.

Oleh Rahmad Nasution
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017