Berlin (ANTARA News) - Inggris dan Jerman akan tetap dekat bahkan setelah Brexit, kata Pangeran William, Rabu, dalam sebuah tur yang dimaksudkan untuk menopang hubungan dengan negara-negara Uni Eropa sebelum Inggris meninggalkan blok tersebut.
Dengan pemerintah Inggris berjuang untuk menunjukkan persatuan saat perundingan guna meninggalkan Uni Eropa dimulai dengan sungguh-sungguh minggu ini, William dan istrinya Kate berada di Berlin dalam kunjungan yang disebut radio Deutschlandfunk sebagai "serangan pesona di masa Brexit".
"Hubungan antara Inggris dan Jerman ini sangat penting," kata William di sebuah pesta kebun malam.
"Ini akan berlanjut meski ada keputusan baru-baru ini untuk meninggalkan Uni Eropa dan saya yakin kita akan tetap menjadi teman terkuat."
Sebelumnya, William, yang berada di urutan kedua tahta Inggris, dan Kate berjalan melalui Gerbang Brandenburg Berlin dan berjabat tangan dengan penduduk setempat yang bersorak, berfoto dan melambaikan bendera Inggris. Mereka makan siang dengan Kanselir Angela Merkel di kantornya.
Sementara pasangan itu dan anak-anak mereka - Pangeran George, yang berusia empat tahun bulan ini, dan Putri Charlotte yang berusia dua tahun - telah membuat senang kerumunan orang di Jerman dan Polandia di mana mereka memulai tur di dua negara tersebut, satu surat kabar mengatakan bahwa pasangan itu hanya dapat melakukan sedikit hal untuk meringankan rasa sakit karena perpisahan dengan Uni Eropa.
"William dan Kate seharusnya bisa menghapus Brexit di Jerman," tulis berita utama di surat kabar regional Rheinische Post.
Selain bertemu dengan Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, pasangan tersebut mengunjungi sebuah acara amal di Berlin timur yang bekerja dengan anak-anak yang kurang beruntung. Mereka juga bertemu dengan orang-orang yang selamat dari Holocaust dan melakukan tur di Holocaust Memorial di Berlin.
Sebelumnya, negosiasi Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa tidak mungkin selesai tepat waktu pada awal 2019, dan tindakan sementara mungkin diperlukan sebelum kesepakatan akhir tercapai, kata Perdana Menteri Erna Solberg dari non-Uni Eropa Norwegia.
Negara Nordik itu mengikuti dengan seksama pembicaraan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, karena hasilnya akan sangat mempengaruhi masa depan hubungannya dengan Inggris, mitra dagang terbesarnya.
Pada akhir Mei, Perdana Menteri Inggris Theresa May, mengatakan siap untuk meninggalkan perundingan Brexit tanpa kesepakatan dengan Uni Eropa jika kesepakatan tersebut tidak cukup baik.
Sebelumnya, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan Inggris akan diperlakukan dengan adil oleh Uni Eropa setelah keluar dari kelompok tersebut, namun Brexit tetap memiliki dampak.
Inggris secara resmi mengumumkan niat meninggalkan kelompok 28 negara tersebut pada Maret dan menyatakan keinginannya tetap menjaga hubungan dekat dengan Uni Eropa saat keluar.
Merkel berulang kali menyatakan bahwa Inggris pasti tahu negara itu tidak bisa mengharapkan hubungan sedekat dulu lagi jika sudah tidak menjadi anggota.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017