Pekanbaru (ANTARA News) - Korps Pasukan Khas TNI AU mengakui insiden ledakan amunisi di Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau, akibat kelalaian prajurit sehingga menyebabkan seorang warga sipil meninggal dunia serta lima lainnya luka-luka.
"Penyebab ledakan adalah akibat kelalaian anggota saya," kata Wakil Komandan Korpaskhas Marsekal Pertama Yudi Bustami dalam keterangannya di Rokan Hulu, Kamis.
Ia menyimpulkan hal tersebut setelah pihaknya bersama dengan Polres Rokan Hulu melakukan serangkaian penyelidikan pasca-ledakan bahan peledak jenis TNT tersebut.
Dalam insiden ledakan di Dusun Karya Tama, Desa Rambah Utama, Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu, Kamis siang sekitar pukul 11.30 WIB itu menyebabkan seorang warga bernama Suwanda (26) meninggal dunia.
Sementara lima lainnya masing-masing Heru, Anto, Asep Sofyan, Yudi Wiharjo, dan seorang wanita Reni Cahyadi mengalami luka ringan hingga berat. Kelimanya juga merupakan warga sipil dan rekan dari korban Suwanda.
Hasil dari penyelidikan bersama Polri, Marsma Yudi yang juga menjabat sebagai direktur latihan militer Trisula Perkasa yang diikuti oleh 150 personel Paskhas tersebut mengatakan insiden ledakan terjadi usai tim menyelesaikan salah satu misi.
Misi tersebut adalah misi serangan fajar yang dimulai sejak pagi pukul 05.30 WIB dan berakhir pada siang hari atau sebelum terjadinya insiden ledakan. Menurut dia, seharusnya tim telah menyisir areal latihan tempur, terutama areal perkebunan warga setempat yang digunakan sebagai medan latihan.
Namun, belum sempat penyisiran dilakukan, terdengar suara ledakan keras. Dia meyakini bahwa suara ledakan itu berasal dari salah satu Amunisi yang digunakan dalam latihan, TNT.
"Belum sempat dilaksanakan tindakan terakhir (penyisiran areal latihan), terdengar ledakan tersebut," ujarnya.
Pasca terjadi ledakan, tim langsung menuju ke sumber ledakan, yang berjarak sekitar 30 meter dari lokasi latihan dilangsungkan. Dari penyelidikan dipastikan bahwa ledakan itu berasal dari salah satu Amunisi yang tertinggal saat latihan.
Dia menuturkan, amunisi itu awalnya ditemukan oleh seorang warga bernama Fahmi di areal perkebunan. Oleh Fahmi, amunisi itu dibawa pulang dan dia melaporkan ke mertuanya, Ujun.
"Bapak Ujun meminta agar Fahmi membuang saja barang (amunisi) tersebut. Lalu (Fahmi) menyimpan di teras rumah," lanjutnya.
Beberapa saat kemudian, tiba korban Wanda dan lima lainnya. Mereka lalu mengutak-atik temuan Fahmi hingga meledak dan mengakibatkan Wanda meninggal dunia. Meski begitu, dia mengatakan bahwa insiden itu adalah murni kelalaian prajurit Paskhas.
"Dengan rasa menyesal, saya mewakili komandan Paskhas mengucapkan belasungkawa atas musibah ini. Khususnya keluar Bapak Wanda yang ditinggalkan," tuturnya.
Pewarta: Bayu Agustari & Anggi Romadhoni
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017