Beirut (ANTARA News) - Pemerintah Lebanon, Jumat, menyatakan pembicaraan sedang berlangsung guna merundingkan diakhirinya bentrokan mematikan dengan gerilyawan tapi menambahkan Beirut tetap siap menggunakan kekerasan jika pembicaraan tersebut gagal. "Kami sekarang memberi kesempatan kepada perudingan politik" kata Menteri Pertahanan Eliar Murr kepada wartawan sementara pesawat militer AS mengirim beberapa ton bantuan militer untuk Angkatan Bersenjata Lebanon. "Jika perundingan politik gagal, saya akan menyerahkan kepada komandan militer untuk melaksanakan tindakan yang diperlukan," katanya. Murr tak menjelaskan siapa yang menengahi pembicaraan itu, dan menegaskan bahwa ia secara pribadi "tak terlibat dalam perundingan tersebut karena itu tak termasuk dalam tugas saya". Menurut laporan media, faksi utama Palestina sedang berusaha menembus kebuntuan antara militer Lebanon dan kelompok Fatah al-Islam karena khawatir terhadap dampak yang mesti dihadapi warga sipil Palestina dari serangan besar-besaran terhadap kamp pengungsi Nahr al-Bared --yang telah menjadi pusat pertempuran. Sebelumnya, Murr telah mengesampingkan setiap perundingan guna mengakhiri bentrokan, yang telah menewaskan 78 orang, 33 di antara mereka prajurit Lebanon, dalam pergolakan dalam negeri terburuk sejak perang saudara 1975-90. Setelah pertempuran tengah malam, gencatan senjata rapuh yang tak diumumkan berlaku hampir sepanjang Jumat. "Situasi tenang hari ini. Militer menghormati gencatan senjata itu, tapi akan menanggapi dengan kekuatan dan secara keras kalau diserang," kata seorang perwira Angkatan Darat. "Semalam, mereka berusaha menyerang posisi militer tapi Angkatan Darat membalas dan mereka menderita kerugian," katanya. Fatah al-Islam menyatakan kelompok tersebut tak memiliki keinginan untuk menyerah tapi petempurnya akan terus melaksanakan gencatan senjata yang diumumkannya secara sepihak Selasa. Beberapa saksimata mengatakan tembakan dari penembak gelap selama hari itu menghentikan arus pengungsi warga sipil dari kamp pengungsi di luar Tripoli tersebut. Sebelumnya, ribuan orang telah meninggalkan kamp itu. "Mereka terlalu takut terhadap tembakan sehingga tak berani keluar," kata pengungsi yang kembali kehilangan tempat tinggal, Hassan Sayed, yang menunggu di luar kamp untuk melihat apakah sisa anggota keluarganya berhasil keluar. Bantuan Beberapa pesawat Angkatan Udara AS mulai mengirim perlengkapan militer untuk Angkatan Darat Lebanon sementara Washington melaksanakan permintaan pemerintah di Beirut untuk membantu upayanya melawan gerilyawan garis keras. "Saya tentu saja dapat mengkonfirmasi kepada anda bahwa ada pengiriman bantuan dari AS," kata jurubicara Departemen Luar Negeri Tom Casey sehari setelah Kongres menyetujui peninggakan tujuh-kali lipat bantuan militer ke Lebanon, dengan nilai hingga 280 juta dolar AS pada 2007. "Mengingat kejadian di Tripoli dan permintaan mendesak dari pemerintah Lebanon, kami melaksanakan pengiriman bantuan militer AS yang direncanakan untuk Angkatan Bersenjata Lebanon, serta dukungan mitra internasional guna menyediakan bantuan tambahan," kata jurubicara Departemen Luar Negeri AS David Foley. Mantan negara kolonial Lebanon, Perancis, juga akan mengirim bantuan militer untuk pemerintah Lebanon, kata Menteri Luar Negeri Perancis Bernard Kouchner, yang sedang berkunjung. Komando Angkatan Darat Lebanon menyatakan telah menerima pasokan militer dari "negara-negara Arab yang bersahabat". Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, yang kelompok pejuang Syiahnya tahun lalu memimpin perang yang menghancurkan negeri itu melawan Israel, memperingatkan pemerintah agar tak bergabung dalam perang yang dipicu AS melawan kelompok yang diilhami Al-Qaeda, Fatah al-Islam. "Kita tak boleh memasukkan Lebanon ke dalam perang Amerika ... melawan terorisme ... ke dalam perang melawan Al-Qaeda," katanya. Ia menyerukan gencatan senjata segera dan "penyelesaian keamanan, politik serta hukum". Beberapa pejabat bantuan menyampaikan keprihatinan mengenai sebanyak 20.000 warga sipil yang masih berada di kamp pengungsi Nahr al-Bared. Organisasi bantuan dan relawan berjuang untuk membantu orang yang kehilangan tempat tinggal dan telah mengungsi di Tripoli atau pergi ke Beddawi, kamp pengungsi lain yang sudah dipadati penghuni dan terletak tak berjauhan. Pendukung pemerintah Lebanon dukungan Barat telah menyalahkan negara tetangga mereka, Suriah, atas kerusuhan itu tapi rejim sekuler di Damaskus membantah keterlibatan dengan Fatah al-Islam --yang juga berkeras bahwa kelompok tersebut tak memperoleh dukungan dari luar negeri, demikian AFP.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007