Jakarta (ANTARA News) - Pelaku startup teknologi finansial (fintech) berpendapat mereka membutuhkan kolaborasi dengan perbankan untuk hal-hal yang berada di luar jangkauan mereka.

"Misalnya, tentang regulasi. Jadi, kita tetap berinovasi tanpa menabrak aturan yang ada," kata Sanny Gaddafi, CEO 8 Villages, startup yang bergerak di sektor agrikultur, saat acara diskusi di peluncuran BNVLabs di Jakarta, Kamis.

Wakil Direktur Pengembangan Bisnis eFishery, Dwi Andi, menilai salah satu hal yang paling dibutuhkan startup fintech adalah mentoring atau pembinaan.

Salah satu kendala dalam mendirikan startup fintech adalah mereka harus beberapa kali mengurus izin ke Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

"Kalau mentoring dengan perbankan, mereka (startup) bisa satu per satu dan membantu memahami," kata dia di acara yang sama.

Bank BUKOPIN bekerja sama dengan KIBAR membuat BNVLabs, program terintgrasi yang mendorong perkembangan ekosistem teknologi finansial agar lebih banyak menghasilkan startup di sektor tersebut.

Startup yang terpilih untuk untuk mengikuti program binaan mereka yaitu Reblood, Jojonomic, eFishery, 8 Villages, Riliv, Pasienia, Olride dan Iwak.

BNVLabs membagi startup menjadi empat segmen sesuai dengan sektor yang menjadi perhatian bank, yaitu agrikultur, pariwisata, pembayaran, serta kesehatan dan pendidikan.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017