Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy mengatakan seni dan budaya harus menjadi arus utama pendidikan, dimana selama ini sekolah Indonesia masih lebih fokus kepada kemampuan baca, tulis dan hitung.
"Sekolah saat ini masih fokus pada mengembangkan kemampuan baca, tulis dan hitung, kemudian melupakan sisi lain yaitu etik, estetik dan kinestetik. Harusnya keenam elemen ini harus seimbang," kata Muhadjir saat membuka loka karya Gerakan Seniman Masuk Sekolah di Jakarta, Rabu malam.
Keinginannya menjadikan kesenian sebagai arus utama pendidikan memang tidak mudah karena pemerintah harus mengubah pola pikir sekolah dan tenaga pendidik untuk tidak fokus mendidik siswa untuk pandai baca, tulis dan hitung.
Dia mengatakan pada awalnya pendidikan dasar setelah masa kemerdekaan itu fokus pada pemberantasan buta huruf, hal itu berimplikasi pada bentuk sekolah dan cara guru mengajar dan bantuan pemerintah yang terpusat kepada ruang kelas baru atau bantuan unit sekolah baru.
"Saya ingin melakukan perombakan sekolah kita, agar sekolah menjadi rumah kedua bagi anak-anak, mereka mendapat merasakan nyaman dan senang di sekolah. Tetapi yang sulit itu mengubah pola pikir guru, mereka sudah berada di zona nyaman tersebut," kata dia.
Dia mengatakan melalui gerakan Seniman Masuk Sekolah, Kemendikbud berupaya mengarusutamakan elemen etik, estetika dan kinestetik tersebut.
Gerakan ini merupakan kegiatan yang menghadirkan pelaku seni selama beberapa pertemuan untuk melatih siswa sekolah dibidang seni dan budaya.
Muhadjir berharap dengan adanya Gerakan Seniman Masuk Sekolah, maka mereka bisa menemukan seniman muda berbakat dari seluruh Indonesia.
"Saya yakin, para seniman ini akan menemukan siswa yang berbakat, kalau perlu kami akan berikan beasiswa bagi anak-anak tersebut agar mereka dapat melanjutkan pendidikan dibidang seni dan budaya," kata Muhadjir.
Setelah kegiatan tersebut, rencananya Kemendikbud juga akan membuat Gerakan Sastrawan Masuk Sekolah.
(T.A074/S027)
(Baca: Kemampuan calistung siswa daerah terluar masih rendah)
(Baca: Kemendikbud: PAUD di Kawasan Timur Indonesia minim)
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017