"Jadi, terorisme harus langsung ditumpas saat masih kecil, jangan dibiarkan sampai besar," kata Magnis di Jakarta, Rabu.
Namun, menurut Magnis, bukan berarti setiap pelaku teror harus dieksekusi mati. Pelaku teror yang tertangkap tetap harus diperlakukan secara manusiawi dan diproses hukum.
Menurut dia yang perlu diperhatikan serius adalah jangan sampai paham yang diyakini para pelaku teror menjangkiti masyarakat karena bila hal itu terjadi maka akan menjadi ancaman serius bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Oleh karena itu, ia berharap Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus meningkatkan kinerjanya, baik dari sisi pencegahan maupun penindakan. Seluruh elemen masyarakat juga harus mendukung upaya BNPT.
"BNPT memiliki peran penting dalam memberantas terorisme sampai ke akarnya, dan itu tidak akan tercapai tanpa peran masyarakat, terutama dalam melakukan pencegahan mulai dari sistem keamanan lingkungan terbawah," tuturnya.
Magnis mengingatkan bahwa sebenarnya Indonesia mempunyai benteng yang mampu mencegah meluasnya pengaruh paham pelaku teror, yakni Pancasila yang merupakan ideologi bangsa.
"Hakikat Pancasila itu di dalamnya termaktub bahwa kita bersedia saling mengakui dan saling menghormati serta saling menerima perbedaan suku, agama, dan sama-sama menyadari sebagai manusia ciptaan Tuhan," kata dia.
Ia juga menekankan pentingnya menanamkan rasa nasionalisme, termasuk melalui buku dan film yang dapat membangkitkan rasa persatuan dan kesatuan.
Selain itu, budaya lokal juga perlu kembali digalakkan, di antaranya gotong royong. "Saya lihat jiwa gotong royong yang dulu sangat kuat dimiliki masyarakat Indonesia mulai luntur," ucap Magnis.
Menurut dia, gotong royong yang merupakan salah satu perwujudan nilai Pancasila sangat efektif untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, terutama dalam menghadapi serangan budaya asing.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017