"Seringkali stok LPG tiga kilogram di pangkalan cepat sekali habis, padahal baru saja mendapat suplai dari agen/distributor," kata Rahamuddin, seorang warga di bilangan Kelurahan Tatura Selatan, Rabu.
Ia mengatakan rata-rata pangkalan di wilayah itu cepat kehabisan stok LPG.
Dikhawatirkan, kata dia, sebagian stok LPG subsidi tersebut dijual ke atau diborong pedagang pengecer (kios-kios) dengan harga di atas HET (harga eceran tertinggi).
Karena itu, Pertamina harus mengawasi secara ketat agar penjualan LPG bersubsidi ini tidak salah sasaran.
Hal senada juga disampaikan Burhanuddin, warga di Kelurahan Birobuli Selatan. Ia juga mensinyalir pangkalan LPG melayani pengecer demi mendapat keuntungan lebih besar.
Masalahnya, kata dia, stok LPG di pangkalan resmi sudah habis, tetapi di kios-kios masih tersedia, tetapi harganya jauh di atas HET.
Pemerintah menetapkan HET LPG 3 kg Rp16.000/tabung, sementara harga pada tingkat pengecer berkisar Rp20.000 sampai Rp30.000/tabung.
Ia juga mendesak Pemerintah Kota Palu bersama Pertamina sesekali melakukan sidak.
Menurut dia, sidak sangat perlu dilakukan guna mengetahui stok dan kemungkinan adanya pangkalan nakal yang menjual LPG lebih banyak ke pengecer.
"Dan jika ada pangkalan nakal seperti itu, mereka harus ditindak tegas. Jangan memberikan toleransi kepada pangkalan nakal," pinta Burhanuddin.
Pewarta: Anas Masa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017