Jakarta (ANTARA News) - Potensi bunuh diri lebih rentan di kalangan remaja yang menghadapi berbagai gangguan psikologis tapi tidak tahu solusinya. Pada masa transisi dari anak-anak jadi dewasa, banyak perubahan psikologis yang dirasakan oleh remaja.

Tekanan-tekanan yang menerpa di masa remaja bisa berujung bunuh diri bagi orang berkepribadian rapuh yang tak kuat menghadapi masalah.

"Memang lebih rentan di usia remaja dan dewasa muda," kata psikolog Ajeng Raviando saat dihubungi ANTARA News, Rabu.

Bunuh diri biasanya dipicu oleh suatu hal yang membuat seseorang menjadi depresi. Menurut Ajeng, orang yang berniat bunuh diri bisa menunjukkan gejala-gejala yang bisa jadi tak dideteksi oleh orang sekitarnya.

"Tidak ada yang lihat atau dianggap cuma cari perhatian," kata dia.

Salah satu cirinya adalah sifat dan sikap yang berubah drastis, misalnya orang yang ceria dan mudah bergaul tiba-tiba menarik diri dari lingkungannya.

Bunuh diri pun rentan dilakukan seseorang yang berkepribadian rapuh. Ketika mendapat tekanan kuat, yang muncul di pikirannya bukanlah mencari jalan keluar.

"Bisa jadi selama ini dalam kehidupannya dia tidak pernah mengalami tekanan kehidupan, sehingga saat menemukan msalah yang dianggap sangat berat akhirnya memutuskan untuk menyudahi," kata dia.

Selain itu, bunuh diri juga bisa dilakukan oleh orang yang merasa sendirian, tidak punya tempat berbagi masalah, juga merasa tidak ada yang memahaminya.

(Baca: Gunung Kidul bentuk tim penanggulangan bunuh diri)

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017