Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Rabu pagi naik 10 poin menjadi Rp13.299 per dolar AS.
"Inflasi barang impor Amerika Serikat yang turun serta kebijakan The Fed terhadap suku bunga yang dovish mendorong kurs dolar AS mengalami tekanan terhadap mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta.
Rangga menjelaskan inflasi barang impor Amerika Serikat turun dari 2,3 persen menjadi 1,5 persen dari tahun ke tahun pada Juni 2017.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang rendah membuat Ketua The Fed Janet Yellen memberikan sinyal dovish terhadap kebijakan suku bunga acuannya.
Ia menambahkan menurunnya yield obligasi global juga turut memberi dampak positif pada pasar surat utang negara (SUN) di dalam negeri, dan menjaga fluktuasi rupiah.
Kendati demikian, ia mengatakan, sentimen negatif dari tensi politik di dalam negeri yang berpotensi naik dapat membatasi ruang penguatan rupiah terhadap dolar AS.
Selain itu, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan ketidakpastian pengetatan kebijakan moneter dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) serta penilaian pelaku pasar terhadap langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dianggap gagal melakukan beberapa reformasi paket kebijakannya memicu dolar AS mengalami tekanan.
"Situasi itu tentu menjadi momen bagi rupiah untuk kembali bergerak di area positif," katanya.
Ia menambahkan sentimen positif dari dalam negeri mengenai pengelolaan utang negara yang masih dianggap aman oleh pemerintah cukup meredakan kekhawatiran pelaku pasar sehingga membantu menjaga stabilitas rupiah.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017