Ambon (ANTARA News) - Para ilmuwan Amerika Serikat yang menjadi peserta Indonesian-American Kavli Frontiers of Science Symposium 2017 terkejut dengan rasa buah durian yang disajikan di opening dinner, Selasa malam.
"Rasanya tidak sesuai dengan baunya," kata seorang ilmuwan dari Amerika Serikat usai mencicipi buah durian yang disajikan di atas tapalang (kios berjualan tradisional khas Maluku yang ditutupi atap).
Keterkejutan yang sama juga dialami oleh tapi juga para ilmuwan asal Amerika Serikat lainnya. Mereka terkejut dengan bau buah durian yang menyengat hidung, tapi begitu rasanya begitu berbeda saat dicicipi.
Opening dinner adalah rangkaian kegiatan simposium para ilmuwan Indonesia dan Amerika (Indonesian-American Kavli Frontiers of Science Symposium 2017) di Ambon pada 17 - 21 Juli 2017.
Dalam acara makan malam itu, para ilmuwan Amerika Serikat yang juga peserta simposium diajak untuk mencicipi beragam buah khas lokal dan Indonesia yang dipamerkan, seperti pisang, salak, jeruk, srikaya, mangga dan lainnya.
Usai mencicipi buah-buahan tersebut, para ilmuwan diminta memberikan komentar mengenai rasanya. Tak banyak pendapat yang diberikan selain "enak" dan "manis".
Momen berbeda terjadi tatkala mereka diminta mencicipi buah durian. Mereka tampak kaget dengan baunya yang menyengat hidung, beberapa orang bahkan terlihat agak "ogah" untuk mencicipinya.
Mimik kaget para ilmuwan ini masih terus terlihat saat mulai menyantap durian, mereka terkejut dengan rasanya yang berbeda.
Mereka tak menyangka bau durian begitu menyengat sehingga membuat orang tidak berkeinginan untuk memakannya, tapi rasa sesungguhnya sangat enak dan membuat ketagihan.
Seorang ilmuwan Amerika Serikat yang pertama kali mencicipi durian sempat menyerukan "aauuuw" saat merasainya, sehingga membuat tamu-tamu lainnya tertawa tergelak.
Ia terkejut dengan rasa buah duria, tekstur daging yang lembut dan legit, sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan baunya yang menyengat.
"Its alright," kata dia sambil tersenyum dan terus menyantap durian.
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017