Jakarta (ANTARA News) - Dua warga negara Indonesia (WNI) yakni Samirah dan Enung yang disiksa oleh majikannya di negara bagian New York, AS, kondisi fisiknya kian membaik.
"Atas dasar tersebut maka kedua WNI tersebut telah dikeluarkan dari Nassau University Medical Center dan telah ditempatkan pada sebuah tempat penampungan yang aman dan diawasi oleh aparat penegak hukum setempat," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Indonesia Kristiarto Legowo di gedung Deplu, Jumat.
Menurut dia, pihak Konsulat Jendera RI di New York terus memantau kondisi fisik dan psikis kedua WNI yang bekerja sebagai pembantu pada pasangan suami ister warga AS Mahender Murlidhar Sabhnani (51) dan Varsha Maender Sabhnani (45).
"Pada satu kesempatan kunjungan oleh Konjen RI di New York, kedua WNI tersebut telah diberikan seperangkat alat Sholat sehingga mereka dapat melaksanakan ibadat itu di tempat penampungan," katanya.
Selain itu, kata dia, kepada Samirah dan Enung juga telah diberikan bantuan makanan Indonesia.
"Pemerintah Indonesia masih belum bisa memastikan kepulangan mereka ke tanah air, karena keberadaan dua WNI itu masih dibutuhkan di negara bagian New York sehubungan dengan proses peradilan yang masih berlangsung," ucapnya.
Samirah dan Enung, tambahnya, masih akan menjadi saksi dalam proses peradilan terhadap pasangan suami istri warga AS yang dituduh melakukan penganiayaan terhadap dua WNI tersebut.
Kedua WNI tersebut diketahui tiba di Amerika Serikat pada tahun 2002 secara legal dengan menggunakan visa B-1 dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada Varsha Mahender Sabhnani (35) dan suaminya Mahender Murlidhar Sabhnani (51).
Laporan menyebutkan selama bekerja pada keluarga Sabhnani, kedua perempuan Indonesia itu mengalami pemukulan, disiram dengan air panas, dipaksa secara terus menerus menaiki dan menuruni tangga, mandi 30 kali dalam waktu tiga jam, yang semuanya dimaksudkan sebagai hukuman atas kesalahan yang mereka lakukan.
Salah satu dari kedua korban juga sempat dipaksa memakan 25 cabai pedas sekaligus dan telinganya dilukai oleh pisau kecil.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007