Bengkulu (ANTARA News) - Sebanyak 17 gajah liar merusak perkebunan sawit masyarakat di Desa Mekar Sari, Kecamatan Pondok Suguh, Kabupaten Muko Muko, Bengkulu, kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Yohanes Sudarto, Jumat.
"Jumlah gajah liar itu lebih kurang 17 ekor dan saat ini berada di perkebunan milik PT PATI," ujarnya.
Oleh karena itu, BKSDA menurunkan tim dari Koordinator Pusat Latihan Gajah (PLG) yang berada di Seblat untuk mengecek kebenaran laporan tersebut.
Gangguan gajah liar di Kecamatan Putri Hijau tersebut, menurut dia, bukan baru kali pertama terjadi, tetapi sudah berulang kali sejak 2002, dan sampai saat ini masyarakat masih kesulitan untuk mengatasinya.
Yohanes mengatakan, untuk mengantisipasi gangguan gajah tersebut, pihaknya bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Muko Muko bersama masyarakat melakukan upaya pengusiran, baik secara manual maupun dengan mendatangkan gajah jinak untuk menggiring gajah liar ke habitatnya.
Namun, ia mengemukakan, usaha tersebut sampai saat ini belum memperoleh hasil maksimal, karena gajah yang diusir tersebut kembali datang dan merusak kebun masyarakat.
Ia pun mengimbau, agar masyarakat jangan terus membuka lahan dan menebangi hutan karena habitat gajah akan terganggu dan persediaan makanan berkurang.
"Rusaknya kawasan hutan penyebab utama gajah liar tersebut masuk ke areal perkebunan penduduk untuk mencari makan," ujarnya.
Menurut dia, selama ini masyarakat masih melakukan kegiatan penebangan liar dan merusak habitat gajah tersebut sehingga banyak satwa liar yang masuk ke perkampungan penduduk.
Bahkan, penebangan liar itu membuat tidak tertutup kemungkinan bukan hanya gajah yang masuk ke pemukiman penduduk, tapi bisa juga harimau, beruang, dan ular, katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007