Tokyo, Jepang (ANTARA News) - Ditengah upaya Indonesia mencari sumber energi alternatif bagi masyarakatnya, pemerintah Jepang menawarkan kerjasama pengembangan teknologi nuklir kepada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Tawaran itu disampaikan oleh Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang Akira Amari saat bertemu dengan Wakil Presiden M Jusuf Kalla, di Tokyo Jepang, Jumat, kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Muhammad Luftie. Menurut M Lutfie, masalah teknologi nuklir sebenarnya merupakan wacana lama yang terus berkembang. Tetapi harus diakui untuk kebutuhan energi di masa depan, tambah Lutfie, penggunaan energi nuklir menjadi suatu hal yang tidak bisa terelakan, namunn di Indonesia, karena padatnya penduduk seringkali menyebabkan adanya resistensi terhadap penggunaan teknologi yang belum benar-benar dikenalnya. "Mereka menawarkan kerjasama teknologi nuklir," kata M Lutfie. Lutfie menjelaskan, saat ini telah dilakukan pembicaraan di tingkat tehnis yang dilakukan dalam level Working Group antara kedua negara. Selain menawarkan kerjasama teknologi nuklir, pemerintah jepang juga mengharapkan akan adanya kesinambungan ekspor gas dari Indonesia ke Jepang. Namun, tambah Lutfie, Wapres M Jusuf Kalla juga mengungkapkan bahwa Indonesia juga tetap memerlukan pasokan gas untuk kebutuhan dalam negeri. Di sisi lain, Jepang dan Indonesia juga akan melakukan kerjasama untuk mengembangkan energi alternatif lainnya seperti energi geothermal dan hidroenergy. "Wapres mengharapkan investasi dari Jepang untuk ekplorasi gas ini. Selama ini Jepang hanya melakukan perdagangan," kata Menteri Perdangangan Marie Elka Pangestu. Ketika ditanyakan apakah sudah ada pembicaraan mengenai berapa jumlah gas Idnonesia yang akan diekspor ke Jepang, baik Marie maupun M Lutfie mengaku dalam petemuan dengan Akira Amari tersebut belum dibicarakan mengenai jumlah. Hal itu, tambahnya akan dilakukan dalam pembicaraan lainnya. Sebelumnya dalam wawancara dengan Nikkei, Wapres M Jusuf Kalla mengisyaratkan Indonesia kemungkinan bisa menambah jumlah ekspor gas ke Jepang hingga di atas delapan juta ton asalkan pemerintah jepang juga ikut berinvesatasi dalam eksplorasi ladang gas di Indonesia. Dalam pertemuan antara Akira Amari dengan Wapres tersebut juga dibicarakan masalah perundingan mengenai EPA. Menurut Marie, khusus untuk masalah EPA ini baik Indonesia maupun Jepang mengakui pentingnya untuk segera menyelesaikan masalah ini. "Masalah yang tersisa adalah kerjasama di bidang industri. yakni Manufacturing Industry, Development dan Engineering Centre (MIDEC)," kata Marie. Menurut Marie, masalah EPA ini penting bagi Indonesia dalam rangka meningkatkan daya saing yang pada akhirnya juga akan menguntungkan Jepang. Selain kedua masalah tersebut, tambah Marie juga dibicarakan mengenai perayaan 50 tahun hubungan Indonesia-Jepang.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007