Balikpapan (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan tekanan inflasi nasional hingga pekan kedua Juli 2017 mereda, dan diperkirakan berada di 0,25 persen (month to month/mtm) karena menyusutnya tekanan tarif transportasi dan terjaganya harga bahan makanan bergejolak (volatile food).
"Bawang putih dan segala varian cabai itu terkendali," kata Agus usai Rapat Koordinasi Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, dan Bank Indonesia di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat.
Perkiraan inflasi dari Bank Sentral tersebut lebih rendah dibanding pekan pertama Juli 2017 yang sebesar 0,32 persen, berdasarkan Survei Pemantauan Harga.
Menurut Agus, selain terjaganya "volatile food", penyebab inflasi mengendur adalah meredanya tekanan tarif transportasi setelah Idul Fitri 2017. Pada Juni 2017, tarif transportasi menjadi penyebab kenaikan inflasi karena gejolak harga pada arus mudik Idul Fitri 2017.
"Sekarang tarif transportasi justeru berkebalikan dan menjadi deflasi," ujar Agus.
Selain kedua hal tersebut, kata Agus, terjadi penurunan tekanan dari kelompok tarif yang diatur pemerintah (administered prices) karena kenaikan harga listrik segmen 900 VA sudah tidak terasa signifikan.
Jika inflasi Juli 2017 seperti perkiraan Bank Sentral berada di 0,25 persen (mtm), maka inflasi tahunan di bulan ketujuh ini akan berada di 3,9 persen (yoy).
Bank Sentral pada 2017 menargetkan untuk menjangkar inflasi tahunan di rentang 3--5 persen. Di 2016, inflasi tahunan berada di 3,02 persen (yoy).
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017