Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, proyeksi bank sentral tersebut didasarkan pada sejumlah faktor yang akan mendorong ekonomi ke arah yang lebih positif.
"Jadi, semester dua, kalau harga komoditas stabil saja, berarti permintaan pengeluaran rumah tangga akan tumbuh lebih baik. Terus investasi juga akan recovery, pertumbuhan kreditnya juga recovery, dan anggaran pemerintah semester dua juga selalu lebih baik dari semester satu," ujar Mirza usai rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Kamis malam.
Sebelumnya, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017 (April-Juni) akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya menyusul bergesernya realisasi pengeluaran pemerintah dan masyarakat ke kuartal III. Pada kuartal I 2017, ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen (yoy).
Meskipun demikian, koreksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2017 disebut tidak akan berdampak signifikan terhadap kegiatan ekonomi sepanjang tahun. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi di kuartal III (Juni-September) dan kuartal IV (OKtober-Desember) akan lebih baik dari perkiraan sebelumnya karena beberapa kegiatan ekonomi yang bergeser di dua kuartal tersebut.
Dengan begitu, meskipun ada perubahan, otoritas moneter masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini di rentang 5-5,4 persen (yoy).
Pemerintah sendiri dalam RAPBNP 2017 yang masih tengah dibahas dengan DPR, menyapakati asumsi pertumbuhan ekonomi meningkat 0,1 persen menjadi 5,2 persen dibandingkan asumsi dalam APBN 2017 5,1 persen.
Konsumsi rumah tangga yang diprediksi sedikit membaik dan kinerja ekspor impor yang diproyeksikan akan semakin positif karena meningkatnya harga komoditas dunia, menjadi alasan pemerintah.
(T.C005/B012)
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017