Jakarta (ANTARA News) - Ketua Majelis Ulama Indonesia Maruf Amin menyatakan dialog dan dzikir menjadi upaya untuk menyatukan bangsa.
"Majelis dzikir ini menjadi tempat untuk mengupayakan kesatuan bangsa melalui dua hal, pertama melalui dialog-dialog kebangsaan dan kedua dzikir, doa dan istighatsah," kata Maruf Amin dalam Halaqah Nasional Alim Ulama Mejelis Dzikir Hubbul Wathon di Jakarta, Kamis.
Halaqah Nasional Alim Ulama yang mengangkat tema "Memperkokoh Landasan Keislaman Nasionalisme Indonesia" dihadiri Presiden Joko Widodo selaku Dewan Pembina Majelis Dzikir Hubblul Wathon, ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, Kyai Haji Maemum Zubair, Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan serta sekitar 700 ulama dari berbagai daerah di Indonesia.
"Karena apa yang kita lakukan itu sebenarnya terlalu sedikit dibanding dengan cita-cita yang ingin kita capai, karena Rasulullah juga dalam doanya mengatakan Ya Allah rahmatmu lebih banyak dari yang kami harapkan dibanding upaya kami sendiri jadi tepat pendiri republik mengatakan kemerdekaan adalah berkat dan rahmat Allah SWT, mari kita bersama berdoa agar bangsa ini lebih utuh dan bersatu," ungkap Maruf.
Dengan dua cara tersebut, Maruf Amin yakin akan tercipta Indonesia yang kondusif, utuh, saling membantu dan saling menyatangi.
"Tapi keutuhan terganggu ketika muncul kelompok-kelompok yang tidak punya atau kurang punya komitmen kebangsaan yang utuh, ketika ada kelompok yang ingin memisahkan diri, kelompok yang mau mengubah negara ini yaitu kelompok radikalisme baik radikalisme agama maupun radikalisme sekular," jelas Maruf.
Selanjutnya ada juga kelompok-kelompok intoleran yang kurang memberikan toleransi kepada kelompok lain atau fanatisme kelompok karena menganggap hanya kelompoknya saja yang benar.
"Sedangkan kelompok yang lain sesat dan kafir, ini yang membuat terjadi gangguan-gangguan karena itu dalam situasi seperti ini tidak boleh kita biarkan lebih jauh, jadi kita harus menyatukan kembali, berusaha bagaimana menyatukan ini melalui pranata-pranata yang kita miliki baik pranata kenegaraan, kemasyarakatan maupun keagamaan," tegas Maruf.
(T.D017/T007)
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017