Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Bursa Malaysia Berhad sedang menyiapkan produk saham syariah yang dapat ditransaksikan di dua bursa tersebut, sehingga bisa meningkatkan likuiditas pasar.
"Tahun ini kami targetkan ada satu produk saham syariah yang akan diluncurkan. Kami sedang kerjakan," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, saham-saham yang masuk dalam kategori syariah memiliki kinerja yang positif, bahkan dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan saham-saham konvensional. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 23 Mei 2017, terdapat 351 saham yang masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) dari 554 saham yang tercatat di BEI.
"Kalau bisa Indonesia dan Malaysia menjadi global hub untuk transaksi syariah, itu yang sedang kami bicarakan," katanya.
Sebelumnya, pada 2 Agustus 2016 lalu BEI bersama dengan Bursa Malaysia Berhad telah menandatangani nota kesepahaman kerja sama pembentukan Pusat Pasar Modal Syariah Dunia yang bertujuan menjadi gerbang utama penerbitan efek syariah di pasar global.
"Melalui kerjasama ini, kami berharap BEI dan Bursa Malaysia dapat terus mengembangkan instrumen dan produk pasar modal syariah secara bersama-sama sehingga dapat menjadi acuan di tingkat global," ujar Tito Sulistio.
Direktur Pengembangan BEI, Nicky Hogan menambahkan bahwa rencananya, investor Indonesia bisa membeli saham syariah yang diperdagangkan di Bursa Malaysia, beguitupun sebaliknya.
"Konteksnya kerja sama antar dua bursa, saat ini sedang finalisasi dan belum berjalan. Sistem perdagangannya akan menggunakan sistem perdagangan saham syariah seperti yang ada di Anggota Bursa," katanya.
Ia mengemukakan bahwa perjanjian kerja sama atar kedua bursa efek itu telah dilakukan pada 2016 lalu. Namun, teknis dan mekanismenya masih dalam proses finalisasi yang ditargetkan pada tahun ini akan selesai.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017