New York (ANTARA News) - Pejabat Gerakan Non-Blok (GNB) dan Palestina di PBB, Kamis, menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza, sementara kerusuhan berkecamuk dalam beberapa hari belakangan ini antara HAMAS dan Israel. Anggota faksi Palestina, Fatah dan HAMAS, juga saling serang sementara pemimpin kedua pihak berusaha mengakhiri permusuhan. Di Markas PBB, negara GNB mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB agar "melaksanakan tanggung jawabnya guna membantu mewujudkan penghentian segera agresi paling akhir Israel ini terhadap rakyat Palestina dan mempertimbangkan mekanisme bagi dipeliharanya gencatan senjata". "Sehubungan dengan ini, GNB mendesak Dewan Keamanan agar secara sungguh-sungguh mempertimbangkan penggelaran pengamat guna memantau dihormatinya gencatan senjata," kata mereka dalam suatu pernyataan, sebagaimana dilaporkan DPA. Tetapi Duta Besar AS, Zalmay Khalilzad, mengatakan ia belum menerima permintaan resmi. "Kami belum menerima permintaan resmi apa pun," kata Khalilzad, yang menjadi Presiden DK, yang memiliki 15 anggota, untuk bulan Mei. "Ketika kami menerimanya kami akan mempelajarinya, berkonsultasi dengan yang lain. Pada tahap ini, saya tak dapat mengatakan apa-apa." Khalilzad mengatakan ia akan bertemu dengan pejabat GNB dan utusan dari Organisasi Konferensi Islam (OKI) guna membahas situasi di Jalur Gaza. Gerakan Non-Blok dan PKI menyatakan mereka juga akan bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk memprotes aksi militer Israel terhadap sasaran di Jalur Gaza. Pernyataan GNB tersebut didukung oleh utusan Palestina di PBB Riyad Mansour, yang telah menyampaikan permintaan serupa setiap kali konflik dengan Israel berkecamuk. DK tak pernah membahas permintaan itu. Gerakan Non-Blok, dengan lebih dari 120 negara sebagai anggota, telah menambahkan pengaruhnya guna mendukung pemerintah Palestina, tapi tak pernah berhasil. Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Politik B. Lynn Pascoe mengatakan pada pertemuan DK, Kamis, pertempuran antar-faksi di Jalur Gaza telah bertambah sengit sejak pertengahan Mei, menyusul pengunduran diri Menteri Dalam Negeri Hani Kawasmeh. Ia mengatakan pejuang HAMAS bentrok dengan pasukan Fatah di daerah permukiman "tanpa mempedulikan keselamatan warga sipil". Pertempuran antara anggota HAMAS dan Fatah, serta antara HAMAS dan Israel, dalam beberapa bulan terakhir, telah menewaskan 68 orang Palestina dan melukai lebih dari 200 orang lagi, kata Pascoe. Ia menyatakan lebih dari 270 roket ditembakkan ke dalam wilayah Israel dalam satu bulan belakangan. Israel membalas dengan mengirim tank ke dalam wilayah Jalur Gaza untuk pertama kali sejak gencatan senjata pada November, sementara kekuatan udara Israel menyerang sasaran di Jalur Gaza. PBB telah meminta Israel untuk menahan diri dalam menghadapi serangan roket Palestina dan ancaman pemboman bunuh diri. Israel juga menangkap 33 pajabat senior HAMAS dalam penyerbuan di seluruh Tepi Barat Sungai Jordan sebelum fajar Kamis, dan memperluas aksi terhadap partai yang memerintah di Palestina itu dalam reaksi terhadap lebih dari satu pekan serangan roket gencar dari Jalur Gaza. Para pejabat tersebut meliputi Menteri Pendidikan Nasser Edding Ash-Shaer di Nablus, tiga anggota parlemen dan enam walikota, termasuk walikota Nablus dan Qalqilya, Adli Yaish dan Wajih Qawwas, kata beberapa saksi mata Palestina. Anggota parlemen yang ditangkap adalah Hamid Bitawi dan Raid Abu Sir, keduanya dari Nablus, dan orang ketiga dari Tulkarem. (*)
Copyright © ANTARA 2007