Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, bergerak menguat sebesar 33 poin menjadi Rp13.336 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.369 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Nilai tukar rupiah menguat bersamaan dengan kurs di kawasan Asia terhadap dolar AS," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan salah satu faktor yang menekan mata uang dolar AS itu salah satunya bersumber dari pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen yang "dovish" terhadap kebijakan keuangannya.
Ia menambahkan bahwa penguatan kurs rupiah itu juga seiring dengan normalisasi imbal hasil surat utang negara (SUN) yang terus berlanjut. Situasi itu akan menjaga penguatan rupiah, paling tidak mengoreksi sentimen negatif yang bersumber dari eksternal.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat, menipisnya surplus dagang serta risiko fiskal yang meningkat dapat memberatkan rupiah dalam jangka menengah.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa masih adanya kekhawatiran di pasar keuangan domestik terhadap melebarnya defisit neraca pembayaran seiring meningkatnya utang negara dapat membuat laju penguatan kurs domestik tertahan.
"Utang luar negeri yang meningkat dapat membuat kecemasan di pasar keuangan domestik," katanya.
Ia mengharapkan bahwa reformasi dalam bidang perpajakan yang terus secara konsisten diperbaiki untuk mencegah utang pemerintah semakin bertambah dapat direspon positif pasar.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017