New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia berakhir lebih tinggi pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena data pemerintah menunjukkan persediaan minyak AS turun lebih besar dari yang diperkirakan minggu lalu.
Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan mingguannya pada Rabu (12/7) bahwa persediaan minyak mentah negara itu turun 7,6 juta barel selama pekan lalu, dibandingkan dengan ekspektasi pasar turun 2,9 juta barel.
Para analis mengatakan, data persediaan terbaru membantu meredakan kekhawatiran pasar mengenai kelebihan pasokan global dan mendukung harga minyak pada Rabu.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, menambahkan 45 sen menjadi menetap di 45,49 dolar per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September, naik 22 sen menjadi ditutup pada 47,74 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Mohammed Barkindo, Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), mengatakan pada Rabu (12/7) bahwa dia optimistis tentang penurunan stok minyak lebih lanjut akan menaikkan harga pada paruh kedua tahun ini.
"Ini merupakan paruh pertama tahun ini yang sangat menantang, tapi kami terus maju dan kami solid dalam keputusan kami tentang pelaksanaannya," Barkindo mengatakan pada sebuah sesi di Kongres Minyak Dunia ke-22 di Istanbul.
Dia mengatakan para produsen telah menghadapi "headwinds" karena penurunan permintaan musiman (siklikal) serta kenaikan kembali pasokan dari para produsen non-OPEC, khususnya Amerika Serikat yang menghasilkan minyak serpih.
"Kombinasi ini sangat berdampak pada pasar minyak dunia," tambahnya.
Ketua OPEC menyatakan komitmen kuat untuk kesepakatan-kesepakatan penting yang dibuat tahun lalu oleh produsen-produsen OPEC dan non-OPEC untuk memangkas produksi mereka masing-masing sebesar 1,2 juta barel dan 558.000 barel per hari guna meningkatkan harga minyak.
"Anda telah melihat tingkat kesesuaian yang sangat tinggi oleh anggota OPEC dan non-OPEC yang juga belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga lebih daripada seratus persen kesesuaian sedang diambil kedua kelompok ke depan," kata dia.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017