Medan (ANTARA News) - Pakar ekonomi Dr Sjahrir menilai fundamental ekonomi Indonesia dewasa ini lebih baik ketimbang pada masa krisis tahun 1997, sehingga diyakini menjadi pengaman dari ancaman krisis ekonomi jilid dua. Berbicara pada Seminar Indonesia Pasca Reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu dan Issue Krisis Ekonomi Jilid II yang digelar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Medan, di Medan, Kamis, ia mengatakan ada beberapa indikator yang membuat Indonesia bisa terlepas dari ancaman krisis moneter kedua. Indikator itu antara lain kondisi nilai tukar mata uang, tingkat suku bunga, cadangan devisa, tingkat pertumbuhan, neraca perdagangan dan inflasi, utang luar negeri dan posisi SUN yang dewasa ini dinilai lebih aman dibandingkan ketika menjelang terjadinya krisis ekonomi pada 1997. Menurut Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Ekonomi itu, pada masa krisis tahun 1997 pergerakan rupiah menunjukkan kecenderungan yang terus melemah, sementara dewasa ini kondisi rupiah justru sebaliknya. Tingkat suku bunga kredit yang terus turun dewasa ini juga bisa mendorong kenaikan penyaluran kredit dan memicu pertumbuhan investasi dibandingkan ketika menjelang krisis tahun 1997 dimana suku bunga kreditnya sangat tinggi sehingga membuat merosotnya pinjaman dan bahkan memicu kredit macet. Kemudian, katanya, indikator lainnya adalah cadangan devisa yang lebih besar karena bisa membiayai sembilan bulan impor, dibandingkan cadangan devisa pada masa krisis yang hanya mampu membiayai lima bulan impor. "Inflasi yang jauh lebih rendah saat ini ketimbang menjelang krisis dulu juga semakin menguatkan bahwa kekhawatiran terjadinya kriris kedua di Indonesia bisa ditekan," katanya. Meski demikian, dia mengakui kondisi perekonomian Indonesia saat ini memang mengingatkan banyak pihak pada saat-saat sebelum terjadinya krisis pertama, yakni tidak adanya keterkaitan antara sektor riil dengan keuangan maupun makroekonomi.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007